Ternyata Aku Berengsek

Hati itu rapuh Belakangan ini aku selalu saja berucap bahwa aku patah hati, bahwa aku luka hati, bahwa hatiku terasa sakit sekali. Tiada...

Hati itu rapuh
Belakangan ini aku selalu saja berucap bahwa aku patah hati, bahwa aku luka hati, bahwa hatiku terasa sakit sekali. Tiada henti aku menuliskan dan bercerita tentang itu. Hingga aku lupa menyadari bertanya pada diri sendiri, "Apakah aku juga menyakiti hati lain tanpa aku sadari?"

Sungguh egoisnya diriku, selalu merasa tersakiti tapi tak sadar bahwa aku juga mempermainkan hati lain, menyakiti hati lain dna membuat luka di hati lain.

Akan aku ceritakan bagaimana brengseknya aku menyakiti hati wanita. Semoga saja dengan cerita ini bisa bermanfaat untuk kalian yang membacanya. Setidaknya tidak melakukan hal yang sama dengan-ku dalam kisah yang akan aku ceritakan di sini.

Begini ceritanya,

Suatu ketika, aku jatuh cinta kepada seorang wanita. Aku mencintai-nya dalam diam. Tak berani aku umbar perasaan-ku pada siapapun, bahkan dengan teman terdekat-ku. Aku pendam seorang diri rasa yang tumbuh dalam hati. Menyusun strategi bagaimana aku bisa lebih dekat dengannya dan mendapatkan hati-nya dengan cara-caraku sendiri.

Dia wanita berstatus single, akui-nya waktu itu. Senang bukan main mendengar pengakuannya itu. Setidaknya ada kesempatan bagi-ku untuk membayangkan bayangan masa depan bersamanya. Membayangkan menua bersamanya hingga ajal menjemput kami berdua.

Tapi, hancur sudah perasaan-ku ketika mendengar fakta ternyata dia sudah ada yang punya. Dia mengakui pada-ku bahwa lelaki itu belum lama kenal dengannya dan dia menerimanya atas saran dari orang tuanya yang sudah seperti putus asa melihat kisah cinta anaknya dengan berbagai pria yang kebanyakan menyakiti hati wanita.

Hati-ku hancur dan mencoba menerima dengan lapang dada. Tak butuh waktu lama. Hati-ku perlahan membaik dan bisa menerima. Karena aku sudah mengerti bagaimana seni-nya mengobati hati yang terluka.

Tapi, ternyata aku salah langkah. Ketika aku mencoba mencari wanita lain ketika aku baru saja patah hati. Baiknya ini jangan kalian lakukan ketika baru saja patah hati dan menganggap hati kalian sudah terobati. Padahal sebetulnya hati-ku belum sepenuhnya terobati. Rasa sakit memang sudah hilang dari dalam hati, tapi rasa cinta masih bertahan dalam sanubari. Gejolah cintanya begitu menggelora dan membara bagai ombak deras dilaut lepas dan juga kobaran api yang sangat panas.

Begitu percaya diri-nya aku, langsung menghubungi teman wanita-ku di masa lalu. Sebelumnya aku memikirkan terlebih dahulu. Tentu dengan pikiran yang tidak terlalu mendalam karena ada rasa cinta pada wanita lain yang masih besar terpendam.

Aku menghubunginya dan mencoba menjalin hubungan dengannya. Menyatakan padanya untuk merajut kasih bersama. Dia tidak memberikan jawaban langsung, dia butuh waktu memikirkan ini. Karena dia-pun terkejut ketika aku langsung menyatakan kalimat yang tak terduga padanya. Jadi, dia membutuhkan waktu paling lama seminggu untuk berpikir dan kemudian menjawabnya. Antara tidak atau iya.

Setelah menyatakan kalimat itu, hari demi hari-pun berlalu, semakin waktu berlalu, semakin aku ragu. Ragu untuk membicarakan tentang itu pada teman dekat wanita-ku di masa lalu. Ingat, wanita itu bukan mantan-ku, tetapi teman dekat-ku.

Keraguan itu membesar dan ketika dia menyapa-ku di aplikasi chatting, aku-pun mengabaikan pesannya. Berpura-pura tidak melihatnya. Sungguh, brengsek sekali diriku waktu itu.

Akhirnya aku sadar, itu bukan sebuah keseriusan untuk mengajak wanita menjalin kasih bersama. Tapi itu mencari sebuah pelarian ketika cinta yang telah dipendam lama yang tak pernah diungkapkan  dan mendengar fakta bahwa dia sudah ada yang punya.

Aku merasa sakit dan begitu percaya dirinya beranggapan bahwa hati-ku sudah tidak lagi terluka. Meski aku menuliskan kisah patah hati dan luka yang tercipta. Kemudian menuliskan ketabahan dalam menghadapi luka.

Tapi ternyata, aku juga menyakiti hati lain tanpa aku sadari. Memberikan sebuah pernyataan yang tidak bisa aku pertanggung jawabkan karena pernyataan atau pengakuan itu berasal dari pikiran pendek yang dirancang begitu lama hingga aku beranggapan itu pemikiran yang sudah sangat matang di kepala. Padahal, itu hanya pikiran pendek yang membutuhkan waktu lama memikirkannya, merencanakannya.

Tanpa aku sadari, aku telah mempermainkan sebuah hati, tanpa aku sadari aku telah menyakiti sebuah hati dan tanpa aku sadari aku telah menciptakan sebuah luka di hati. Bukan hati-ku, tapi hati wanita lain yang aku permainkan, yang aku sakiti dan yang aku lukai.

Sungguh brengseknya diri-ku ini.

Aku berharap, wanita itu tidak menaruh benci tentang ini. Kebencian yang begitu pantas untuk aku dapatkan. Kebencian yang berkumpul dan menjadi sebuah doa yang akan terus ia panjatkan dan menurunkan balasan yang setimpal atas perbuatan yang telah aku lakukan.

Lain kali, aku tidak akan seperti ini. Ketika aku merasakan luka, aku akan menunggu sampai aku benar-benar pulih dari rasa itu. Sampai luka dan rasa cinta itu menghilang dari dalam hati.

Ketika hilang semua rasa luka dan cinta dari dalam hati, maka aku tidak akan berpikir bodoh lagi ketika mencoba melirik wanita lain. Tujuannya bukan untuk mencari pelarian, tapi mencari seseorang yang akan membuat nyaman dan segera menjalin sebuah ikatan sampai ke jenjang pernikahan.

Bagi yang membaca. Semoga kau tidak menjadi orang brengsek seperti cerita-ku. Karena, kau yang luka hati malah akan melukai hati lain tanpa kau sadari.

Lebih baik jangan kau lakukan. Kau harus menyadari apakah tujuan-mu untuk menjalin serius sebuah ikatan? atau hanya sekedar untuk mencari sebuah pelarian karena rasa sakit yang ada dalam hati-mu.

Sekian.

8:41pm, 5 Desember 2016
@ The Angkringan Cafe, Bogor.

Untuk berkomunikasi dengan aku, bisa follow akun twitter @dayatpiliang dan akun instagram @dayat.piliang

You Might Also Like

1 komentar

  1. Pengalaman yang sangat menyentuh hati, jujur aku juga pernah mengalaminya persis seperti yang mas dayat alami. Namun lama-kelamaan aku menyadari bahwa lari dari patah hati dengan mencari peremuan lain bukanlah obat yang benar.Rasa sakit itu akan menghilang namun untuk jangka pendek saja. Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa kita begitu menginginkan yang sempurna bila kita masih saja melukai hati yang lain ?

    ReplyDelete

Silahkan berikan komentarmu

Powered by Blogger.