BAGIAN 2: Pesan Untuk Pencuri

Bukan Pencuri Hati Sebelumnya aku menceritakan tentang kehilangan barang berharga-ku. Barang yang sudah aku anggap sebagai kekasih-ku. ...

Bukan Pencuri Hati
Sebelumnya aku menceritakan tentang kehilangan barang berharga-ku. Barang yang sudah aku anggap sebagai kekasih-ku. Karena dia adalah warna baru dalam hidup-ku ketika dalam suasana hati yang abu-abu. 

Dia membuat-ku merasakan ramai saat-ku sepi.
Dia membuat-ku merasakan nyaman saat-ku bosan.
Dia membuat-ku tertawa kala aku tidak gembira.
Dia membuat-ku selalu tertawa dan bersedih hati saat bersamaan.

Dia-lah laptop kesayangan-ku, laptop samsung yang sudah hilang berserta kenangan di dalamnya dan juga data-data yang berharga. Termasuk data-data draft buku yang akan di susun dan juga ada draft buku yang akan di terbitkan tahun 2017 nanti. Tapi ya begitulah, sudah hilang, mau bagaimana lagi, menyesali tak akan membuat barang itu kembali. Hanya jadikan pelajaran agar tidak terulang di kemudian hari.

Dalam postingan ini aku hanya ingin berkeluh kesah pada si pencuri. Siapa tau dia membaca tulisan di blog-ku ini kemudian tersadar dan tak akan mengulangi perbuatan itu kembali.

Aku heran, kenapa si pencuri begitu tega mencuri barang milik orang lain yang jelas-jelas bukan hak-nya? apa hanya karena alasan kesulitan ekonomi? jika karena alasan itu, memang mereka tak memikirkan bahwa orang-orang yang mereka curi barangnya pasti ada yang mengalami kesulitan ekonomi. Ditambah pula barang berharganya dicuri, semakin sulit kondisi hidup dan ekonominya. Tidak-kah para pencuri memikirkan hal ini? kemungkinan besar tidak, karena buktinya mereka dengan tega mencuri barang orang lain. Tapi tidak menutup kemungkinan dalam pikiran mereka terbesit penyesalan karena telah mengambil barang yang bukan milik-nya.

Aku hanya ingin kembali ke waktu itu, ketika barang-ku hilang dicuri orang. Aku ingin berandai ketika aku menangkap basah pencuri itu. Aku akan mengejarnya jika ia berlari. Jika larinya lebih cepat dari-ku, akan aku lempar kepalanya dengan batu. Ketika dia terjatuh, akan aku amankan barang-ku dan memanggil petugas untuk menahan pencuri itu.

Orang-orang sekitar akan aku suruh diam dan tidak ikut campur atau main hakim sendiri.

Aku akan menyuruh petugas untuk memasukkan si pencuri ke dalam agar tak diamuk oleh massa yang biasanya karena stress dalam kepalanya akan memanaskan diri mereka dan melampiaskan amarahnya dengan memukuli pencuri ini.

Dalam ruangan pusat informasi, aku akan berbicara pada si pencuri itu. Aku berikan dia nasihat agar pikirannya yang sempit bisa terbuka luas dan tidak mengulangi perbuatannya yang tidak dibenarkan oleh agama apapun ini.

Nasihat yang pertama aku berikan ialah tentang rasa penasaran0ku diatas.

"Mas, kenapa mas mencuri? apakah karena kesulitan ekonomi? 

jika karena itu mas mencuri, apakah mas tidak memikirkan orang-orang yang barangnya mas curi? tentu ada diantara mereka sedang berada dalam kesulitan ekonomi. Dan ketika barangnya mas curi, maka makin sulitlah kehidupan orang yang mas curi. Mencari pengganti barangnya yang mas curi. 

Tidakkah mas memikirkan itu? aku yakin ada terbesit dalam pikiran mas tentang ini. Tapi karena sulitnya ekonomi, membuat mas tidak kuat untuk melakukan perbuatan keji ini. Tapi jangan begitu mas. Coba lihat di luar sana, mereka bahkan lebih sulit dari mas tapi mereka tidak mencuri. Mereka berusaha bekerja dengan sekuat tenaga banting tulang agar pundi-pundi rezeki halal datang.

Coba mas bayangkan. Aku, yang barangnya mas curi, aku juga mengalami kesulitan ekonomi. Tapi aku berusaha mencari cara bagaimana mengatasinya, dengan cara yang halal tentunya. Mas kira aku orang kaya? tidak mas, bukan tidak, tapi belum, sedang berusaha.

Dalam tas aku, ada laptop. Mas tau untuk apa laptop itu aku gunakan? ada apa saja dalam laptop yang aku gunakan? di situ ada masa depan aku mas. Aku seorang penulis pemula. Dalam laptop itu, ada banyak draft buku yang sedang aku kumpulkan untuk suatu waktu aku kirimkan ke penerbit dan diterbitkan. Ada juga naskah buku yang sedang dalam pengerjaan dan ditunggu oleh penerbit dengan deadline waktu 30 hari, yang akan terbit februari 2017 nanti. 

Mas tau ketika mas curi itu, berarti mas juga telah mencuri masa depan-ku yang sudah aku rencanakan dengan sangat matang. Ketika mas curi itu, hancurlah aku.

Dan bayangkan juga dengan orang-orang yang mas curi barangnya. Tentu sama juga. Diantara barang-barang yang mas curi, ada masa depan orang-orang di situ. Ketika mas curi, berarti mas telah mencuri masa depan mereka, menghancurkan masa depan mereka. Mending mas curi masa depan mereka dan mas olah menjadi masa depan mas. Tapi kan tidak begitu. Barang-barang yang akan jadi masa depan orang yang mas curi tentu mas jual untuk mendapatkan uang. Entah dipakai apa uangnya aku tidak tau.

Dan sebelumnya mohon maaf aku menyinggung soal agama. Jika mas muslim, tentu mas tau betul bahwa hal seperti ini sungguh tidak terpuji dan sangat dilarang oleh agama kita. Dan bahkan semua agama melarang hal ini. Kenapa ketika kesulitan hidup melanda, mas lantas mengambil barang yang bukan hak-nya dan menghancurkan masa depan orang-orang yang tidak bersalah pada mas-nya.

Cobalah mas untuk tidak memikirkan diri sendiri. Tidak menggunakan sudut pandang diri sendiri. Coma mas pikirkan ornag lain dan lihat juga dengan sudut pandang orang lain. Lihat dari sudut pandang, andai barang berharga mas hilang dicuri orang, dan sebagainya.

Maaf bukan bermaksud menggurui mas. Mungkin saja mas lebih mengerti. Tapi aku hanya ingin mengingatkan saja, agar mas tidak mengulangi lagi dihari-hari berikutnya.

Bukankah begini lebih mendingan daripada harus melayang ke wajah mas sebuah hantaman yang akan menciptakan luka di muka?

Mari kita ambil hikmah di balik kejadian ini mas. Itulah yang harus kita sadari ketika ada sebuah masalah menimpa. Kita harus atasi dan mengambil hikmahnya dan kemudian dijadikan pelajaran ke depannya."

Ya, mungkin begitu dari sekian banyak nasihat yang akan aku sampaikan pada pencuri itu, andai ia tertangkap. Tapi karena tidak tertangkap, jadi ya sudahlah, mau bagaimana lagi, hehehe

Bukankah seperti ini lebih baik? memberikan sebuah nasihat agar mendidik. Tidak menyakiti yang bisa saja membuat hatinya menjadi benci dan ada rasa ingin balas dendam. Memberikan nasihat agar membuka pikiran si pencuri itu lebih baik daripada menghantam wajahnya yang akan menciptakan sebuah luka. Mending di wajahnya, jika di hati, bagaimana?

Semoga aja dengan nasihat yang kita berikan, bisa menyadarkan.

Mungkin nasihat di atas tadi berlaku untuk para pejabat yang korup, yang mencuri yang rakyat. Siapa tau ada pejabat yang membaca ini. Lagi-lagi ya siapa tau...

Tapi, meski-pun nasihat dan maaf telah diberikan, hukum tetap harus berjalan. Setidaknya sebelum memasuki lingkungan penjara dia menerima sebuah nasihat, kemudian di dalam penjara itu dia merenungi nasihat-nasihat itu.

Yah, mungkin sekian saja yang bisa aku sampaikan dalam psotingan ini. Semoga saja bermanfaat untuk kalan yang membacanya.

7:46pm, 3 Desember 2016
@ The Angkringan Cafe, Bogor.

Untuk berkomunikasi dengan aku, bisa follow akun twitter @dayatpiliang dan akun instagram @dayat.piliang

sumber gambar: gocakrawala.com

You Might Also Like

0 komentar

Silahkan berikan komentarmu

Powered by Blogger.