Kamu Bisa? Maka Bagikan Bagaimana Caranya

Aku Bodoh, Maka Aku Bertanya Sore hari sudah datang. Jam sudah menunjukkan waktu kerja telah selesai dan karyawan sudah bisa pulang. Ta...

Aku Bodoh, Maka Aku Bertanya

Sore hari sudah datang. Jam sudah menunjukkan waktu kerja telah selesai dan karyawan sudah bisa pulang. Tapi, aku tidak memutuskan untuk pulang cepat hari ini. Aku ingin sedikit lebih lama berdiam di kantor saat ini.

Besok aku akan berangkat ke Kota Surakarta. Ada beberapa pekerjaan yang harus aku kerjakan di sebuah kota dengan penduduk lebih dari lima ratus ribu jiwa pada tahun 2010 lalu. Entah berapa jumlah penduduk kota itu kini. Kota itu juga pernah dipimpin oleh seseorang yang kini menjadi presiden di republik ini, bpk. Ir. Joko Widodo.

Beberapa persiapan harus aku periksa. Ada banyak yang harus aku bawa. Diantaranya perlengkapan untuk shooting, buku, clip on, roll banner, dsb.  Banyak betul bawaan aku. Aku sedikit mengeluh dan menawarkan agar beberapa barang dipaket-kan berserta dengan photo both yang juga turut serta harus hadir di kota surakarta. Photo both, itu tidak ikut serta bersama-ku. Melainkan dibawa menggunakan jasa ekspedisi kargo kereta api. Makanya, aku menyarankan agar beberapa barang yang bisa dikirim bersama dengan photoboth melalui jalur ekspedisi kargo kereta api.

Tapi apa daya. Project Manager mengatakan padaku, ini bisa dibawa.

"sudahlah, bisa dibawa. kita udah biasa bawa ini sendirian."

ingin sekali aku membalas ucapan itu, "mungkin kalian sudah biasa, tapi aku-kan belum terbiasa. Tolong berikan solusi terbaik untuk diriku." Bila keukeuh dengan keputusan aku yang harus membawa barang sebanyak itu, setidaknya kasih pencerahan kepada diriku yang masih bodoh ini. Memberikan detail bagaimana cara aku membawanya. Dengan barang sebanyak itu, apakah aku sendirian yang akan menentengnya ke pool damri kemudian menuju bandara soekarno-hatta seorang diri? atau ada yang mengantarkanku sampai pool damri itu, kemudian menentengnya masuk ke dalam room check in bandara seorang diri.

memang egois sekali aku ya. Tidak mau diribetkan dengan sesuatu yang harusnya bisa aku pikirkan sendirian. Tapi, saat ini, begitulah tipikal-ku. Perlahan, aku akan mengubah kebiasaan buruk ini.

Tapi, setidaknya aku membutuhkan detail yang jelas dari yang berpengalaman. Jangan hanya mengatakan "kita sudah biasa" tapi tidak memberikan detail bagaimana caranya.

Aku memberikan solusi yang tak disetujui. Harusnya-kan memberikan pencerahan agar aku bisa mengerti bagaimana sudut pandang mereka atau dari pengalaman mereka membawa barang-barang itu seorang diri ke kota lain.

Belum lagi, begitu banyak pekerjaan yang akan aku kerjakan di kota itu. Memasang rangka photoboth dengan baik dan berurusan dengan manager serta operator bioskop. Belum lagi, setelah selesai, aku membongkar kembali photoboth itu dan menyusunnya agar rapi dan siap dikirimkan kembali ke kota asal.

Inilah cerita-ku saat ini.

Dari kisah yang terjadi baru saja ini, aku akan mengevaluasi diri.

Aku akan coba menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Tidak keberatan apabila direpotkan. Jelas ini harus aku lakukan, namanya juga pekerjaan. Ya, meskipun ini bukanlah jobdesk utama. Perusahaan yang baru berkembang kan memang begini kerjanya. Semua karyawan harus siap bisa menerima pekerjaan yang bahkan tak sesuai dengan posisi dia di perusahaan.

Aku juga mengambil pelajaran bagaimana cara menjadi pimpinan project yang baik. Dengan memperhatikan anggota yang terlibat di dalamnya. Memberikan penjelasan dengan se-detail-detailnya. Ketika memberikan tugas, tidak menggunakan sudut pandang pribadi. Karena sudut pandang anggota belum tentu sama dengan kita. Maka, perbedaan sudut pandang itu dalam menanggapi sesuatu atau tugas, sudah seharusnya pimpinan project memaparkan sudut pandangnya dan pengalamannya bagaimana cara mengerjakan pekerjaan ini dengan baik.

Ya, aku sadar, pimpinan project juga sibuk. Anggota harus memikirkan dengan pikiran kreatifnya bagaimana cara agar bisa mengerjakan tugas dengan baik. Tapi, tetap dengan briefing yang mendalam dari pimpinan project. Agar semua tugas berjalan lancar dan sesuai rencana. Meminimalisir masalah yang akan datang.

Tapi, perlu digaris bawahi. Dari kisah ini, aku tak akan menyimpan dendam atau rasa tidak suka secara keseluruhan dengan seseorang. Aku hanya kurang menerima sikap yang terjadi saat ini. Di luar itu, tidak ada masalah apapun. Tetap berkomunikasi dengan baik.

Karena aku tidak suka dengan satu sikap, bukan berarti aku harus tidak menyukai orangnya secara keseluruhan. Sebal memang ada, tapi perlahan akan menghilang dan tak akan kesal secara keseluruhan. Hanya kesal dengan satu sikap, di mana sikap itu tidak berjalan sesuai dengan ekspetasiku.

Mantap betul.
Terima kasih bagi yang sudah sudi membaca sampai habis. Semoga ada secuil manfaat yang didapat. Dari secuil kisah yang aku ceritakan, coba lakukan penilaian dalam pikiran dan sudut pandangmu. Kemudian pikirkan secara mendalam. Apakah yang aku lakukan itu baik dalam sudut pandangmu, ataukah tidak baik. Kemudian kau jadikan pelajaran bagi dirimu sendiri. Bila buruk menurutmu, jangan dicoba. Bila baik menurutmu, bolehlah kau coba.

Semoga setiap secuil cerita yang aku tuliskan bisa menjadi sebuah pelajaran dan perbaikan buat diri kita. Terutama untuk diriku sendiri. Karena tulisan akan aku baca kembali dikemudian hari ketika wawasan, ilmu dan sudut pandangku dalam menilai sesuatu sudah tajam. Melakukan penilaian dan mengkoreksi diri. Bila tidak baik, tidak akan aku ulangi. Bila baik, maka akan aku pertahankan sikap yang aku lakukan dahulu.

6.28pm, 7 Desember 2016
@ Kantor, Bogor Kota Hujan.

Untuk berkomunikasi dengan aku, bisa follow akun twitter @dayatpiliang dan akun instagram @dayat.piliang

You Might Also Like

2 komentar

  1. Menurut saya kita perlu membiasakan yang benar bukan membenarkan yang biasa dan memang kita tidak boleh benci pada siapapun namun bolehlah kita benci pada sikap buruknya bukan orangnya. :)

    ReplyDelete
  2. seneng rasanya melihat orang yang suka menyempatkan diri untuk berbagi

    ReplyDelete

Silahkan berikan komentarmu

Powered by Blogger.