Jaga Jarak Dengan Rindu

Rindu Jam istirahat kantor telah tiba. Di waktu ini juga hati-ku sedikit terluka. Yah, bagaimana tidak. Rindu, wanita yang masi...

Rindu


Jam istirahat kantor telah tiba. Di waktu ini juga hati-ku sedikit terluka.

Yah, bagaimana tidak. Rindu, wanita yang masih ada dalam relung hati-ku mendadak berkata ‘Ada baiknya kita jaga jarak’. Aku tau mungkin tidak mendadak untuknya, dan aku yakin itu sudah dipikirkannya dengan sangat matang tanpa bercanda.

Disela-sela waktu istirahat, aku lewat di dekatnya, karena memang sejalan dengan arah yang aku tuju. Tapi sekalian juga melihatnya, melihat kondisinya. Aku kangen betul dengan dirinya. Sudah 4 hari tak berjumpa, dan juga tak berchatting ria dengannya. Tidak chatting, karena demi menjaga hubungan berjalan baik antara dia dan kekasihnya.

Hari ini, dia memakai kerudung berwarna pink magenta. Dipadukan dengan gamis putih diselingi bercak hitam yang banyak sebagai coraknya. Cantik sekali. Tidak untuk hari ini. Bagiku, setiap hari dia selalu cantik di mataku. Tau sendiri-lah, namanya juga lagi jatuh cinta. Yang kata orang biasa akan terlihat luar biasa bagi mata yang sedang jatuh cinta.

Ketika aku mendekatinya, dia berkata. Pembahasannya serius tapi dibawa bercanda. Oh imutnya. Hehe.

“Kamu tau kan, aku pacaran dengan mas-ku itu udah bisa dikatakan maksiat. Apalagi ditambah aku dekat dengan kamu. Jadi, ada baiknya kita jaga jarak.” Singkatnya begitu-lah perkataan yang dikatakan pada-ku.

Intinya, dia mencoba memperbaiki dirinya semakin lebih baik tiap harinya. Karena sempat terdengar oleh telinga-ku di awal ingin cerita. Rindu berkata tentang Ridho Allah.

Dan juga, dia sempat berkata. “Memang, aku dan mas-ku belum pasti. Tapi, kami sedang berjalan menuju ke sana. Jadi, baiknya kita lebih jaga jarak saja” Begitulah sekiranya maksud perkataannya. Berjalan menuju ke sana maksudnya menuju hubungan yang lebih serius dan halal tentunya.

Yah pokoknya, dalam pembahasan siang itu. Di waktu istirahat dia ingin menjaga jarak dengan aku. Karena dia tak mau menanggung dosa maksiat berlebih karena dekat dengan aku. Dan juga dia tak ingin hubungan antara dia dan kekasihnya kini rusak. Ia ingin menjaga dengan baik hubungan ini.

Entahlah, aku tak mengerti jalan pikirannya. Aku mencoba menerima. Tapi satu hal dalam diri-ku mencoba menolaknya. Tidak menerima. Entah hati nurani-ku atau mungkin akal sehat-ku.

Satu hal dalam diri-ku itu mengatakan ‘Ini tidak fair’

Ya, kalau dia mencoba jaga jarak dengan-ku karena alasan mencoba menjadi lebih baik lagi. Tak masalah. Asal, kekasihnya itu juga jaga jarak dengannya. Hubungan mereka-kan belum diresmikan dengan akad pernikahan.

Satu hal dalam diri-ku akan menerima permohonan Rindu tuk jaga jarak dengan-ku bila dia juga jaga jarak dengan kekasihnya. Sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh ustadz-ustadz muda zaman sekarang. Sampai khitbah atau pernikahan tiba, jaga jarak. Tidak saling berkomunikasi (yang tak urgent) baik secara lisan maupun tulisan. Tidak saling berduaan. Tidak saling berjabatan tangan. Tidak saling saling saling lah pokoknya.

Tapi tak masalah-lah. AKu mencoba tuk tetap menerima-nya. Toh kita semua adalah manusia yang sedang sama-sama berhijrah kearah yang lebih baik. Mungkin hijrah secara bertahap. Perlahan. Dan rasa tak terima dalam diri-ku ini akhirnya aku sadari bahwa ini hanya-lah rasa cemburu dalam hati. Dan akal pikiran mencoba mencari sebuah alasan tuk tidak menerima hal itu dengan teori-teori keebenaran seperti diatas tadi. Padahal, jika Rindu tak menyuruh-ku begitu, toh teori-teori atau lebih tepatnya perintah yang harus ditaati di atas tadi tak akan aku amali. Akan terus aku abaikan dan lebih mementingkan kebahagiaan yang menipu qalbu.

Sekian dulu deh tulisan tentang Rindu. Oh iya, tulisan di atas ini baru terjadi. Tidak seperti tulisan-tulisan tentang Rindu sebelumnya yang aku tulis dari hari yang sudah berlalu cukup lama. Kedepannya tulisan-ku tentang Rindu juga ada yang baru saja terjadi, dan ada juga cerita yang telah lama berlalu yang coba aku tuliskan tuk merekam kisah agar terabadikan.

Rindu, aku selalu mendukungmu. Dan aku selalu berdoa kebahagiaan untuk-mu.

Dan terakhir. Aku akan selalu menghormati keputusan-keputusanmu. Asal itu baik untuk-mu.


Lagi-lagi aku ucapkan terima kasih tuk pengalaman cerita luka yang membuat aku merasakan bahagia yang tiada tara. Setidaknya sampai aku menemukan seseorang yang kan menggantikan diri-mu di hati-ku.

5.01 WIB / 4 Oktober 2016
@ Kantor, Bogor Kota Hujan

You Might Also Like

0 komentar

Silahkan berikan komentarmu

Powered by Blogger.