Ada Sebuah Proses yang Tidak Kita Ketahui (Bagian 2)
21:13
Mari kita melanjutkan cerita sebelumnya, untuk mengirim sebuah buku kepada calon pembaca, ada proses panjang yang harus saya lalui, saya tidak tahu bahwa ini semua akan terjadi, setelah berhasil mengurus kartu ATM yang hilang walaupun ada satu kartu ATM yang tak bisa diurus karena tanda tangan berbeda dengan surat kehilangan, itu bukan masalah, bagi saya yang terpenting uang ongkos kirim sudah selamat dan sayapun siap untuk mengirim buku-buku itu kepada calon pembaca. Hari itu saya bergegas pulang menuju kos, saya membeli beberapa amplop besar untuk membungkus paket buku, dan mem packingnya dengan sangat bagus dan penuh cinta kepada mereka yang sudah rela mengeluarkan uangnya untuk membeli buku saya yang baru saja hadir kedunia.
Saya mengira proses packing bisa selesai dalam 2 jam, ternyata saya salah, saya malah menghabiskan waktu 4 jam untuk packing seluruh buku itu, dan hari itu terpaksa saya menunda untuk mengirimkan buku. Kemudian disitu saya berpikir, saya terlalu menyepelekan hal yang terlihat mudah, misalnya packing barang, saya mengira hanya memakan waktu yang sebentar, tetapi ketika dicoba, membutuhkan waktu yang lebih lama dari dugaan saya, terkadang kita semua juga seperti itu, selalu menganggap hal yang baru kita lihat itu mudah untuk dikerjakan, padahal saat dicoba, justru berbeda dari dugaan kita.
Letihnya badan ini mem-packing semua buku, saya memutuskan untuk istirahat, berharap esok hari cuacanya indah supaya bisa mengantarkan buku-buku ini ke Pos Indonesia.
Tibalah hari yang di nanti, namun entah apa yang saya pikirkan saat itu, saya malah membuka laptop dan memutar drama korea yang sudah berulang kali saya tonton. Saya menonton setidaknya 4 episode, kemudian bergegas mandi dan bersiap-siap untuk mengantarkan buku yang sudah di packing dengan baik. Baru saja mau bangkit dari kasur, tiba-tiba saja handphone berbunyi, ternyata panggilan dari senior tempat saya bekerja dulu, walaupun sudah tidak bekerja disitu lagi, namun kini saya menjalin pertemanan yang sangat baik dengannya. Ternyata senior saya ingin meminjam sedikit uang, sayapun meng-iyakan dengan memberi syarat untuk mengantarkan saya ke ATM dan Kantor Pos terdekat.
Selesai mandi saya berjalan keluar kos, di tengah jalan saya melihat senior dengan motor scoopy berwana pink dipadukan dengan ungu, sungguh menjijikkan sekali ketika dipakai olehnya, masalahnya senior saya ini seorang pria, badannya besar, tampangnya sedikit menyeramkan, senior saya sekilas terlihat seperti bodyguard, untuk tipe badan seperti itu sepertinya ia lebih cocok menggunakan Motor Harley. Setelah bertemu ditengah jalan, saya dan senior segera berangkat menuju ATM dan Kantor Pos terdekat, saya memberikan padanya beberapa lembar uang yang ingin di pinjam, kemudian saya mampir sebentar ke ATM untuk mengambil uang ongkos kirim buku, tidak jauh dari ATM terdapat Kantor Pos, saya berjalan sekitar 200 meter menuju Kantor Pos, dan sayang sekali, mereka tidak bisa memproses paket kiriman saya, katanya sudah tutup, padahal waktu menujukkan pukul setengah 3 sore, mereka menyarankan saya ke Kantor Pos yang ada di Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, sayapun nurut dan segera mencari angkutan kesana, jarak yang ditempuh harus menaiki sekitar 2 angkot untuk sampai kesana, tidak diantar sampai depan kantor pos, saya harus berjalan beberapa ratus meter untuk sampai ketujuan.
Kala saya berada diangkot terakhir yang akan mengantarkan sampai simpang jalan Asia Afrika, langit sudah mendung, dan benar saja, ketika sampai di persimpangan Asia Afrika, hujanpun turun, saya menerobos hujan, paket yang ada dalam tas jinjing itu sudah saya lapisi atasnya dengan plastik agar tidak basah, disini saya merasa tolol, aku sudah tau plastik itu akan mengalirkan air kebawah dan paketnya tentu akan basah. Saya yang belum tau letak kantor pos pun sempat salah jalan, saya malah berjalan kearah berlawanan, karena tak melihat kantor pos, saya menanyakan kepada petugas keamanan di depan sebuah bank, ternyata kantor pos itu terletak dekat dengan alun-alun kota Bandung. Saat itu hujan sudah mengguyur, semakin lama semakin lebat, baju kaos dan celana yang saya kenakan sudah basah, kacamata sudah berembun karena cuaca dingin, rambut yang tadinya keras kini menjadi lembek, saya mencari tempat berteduh, melihat tak ada tanda-tanda hujan akan berhenti, saya menerobosnya, saya takut Kantor posnya akan tutup dan perjuangan saya sia-sia, terlihat di sepanjang jalan asia afrika ada seorang lelaki yang menerobos hujan dengan berjalan kaki, semua orang yang berteduh heran melihat saya, tatapan mereka begitu aneh, seperti melihat anak kecil sedang bermain hujan, lebih tepatnya sih orang gila yang bermain hujan.
Saya sempatkan untuk berteduh dan membersihkan kacamata saya yang tertutupi oleh air hujan, saya menunggu reda namun tak kunjung reda, karena sudah terlanjur basah, saya melanjutkan perjalanan yang lumayan jauh, ditempuh dengan berjalan kaki, saya tak memperdulikan gadget, laptop dan benda elektronik yang saya bawa, saat itu saya hanya memikirkan bagaimana untuk sampai kekantor pos agar paket buku ini bisa segera dikirim, karena selalu saja tertunda pengirimannya.
Akhirnya sampailah saya di kantor pos, semua pakaian dan sepatu basah total, saya seperti orang yang baru saja selesai mandi dibawah guyuran shower. Saya masuk kedalam kantor pos yang cukup luas itu, sebelumnya bertanya pada petugas keamanan di mana tempat untuk mengirim paket, petugas itu menatap saya sedikit aneh, sepatu yang saya kenakan di penuhi lumpur, ini dikarenakan sedang ada perbaikan trotoar di sepanjang jalan asia. Saya menuju counter pengiriman barang, disitu saya dilayani oleh wanita cantik, saya tak peduli dengan wajahnya, yang saya pikirkan kondisi paket buku yang ada dalam tas jinjing, ternyata ada beberapa yang basah bungkusnya, padahal aku sudah packing dengan yang terbaik. Saya benar-benar kecewa, usaha keras saya untuk packing barang dengan baik itu sia-sia, karena semuanya basah, beberapa basah sangat parah dan beberapa basah hanya pinggirannya saja, wanita itu menyarankan saya untuk packing ulang, jujur, saya sudah sangat kecewa, saat itu saya sangat kedinginan, karena saya hanya mengenakan kaos tipis dan menerobos hujan lebat yang menyebabkan seluruh tubuh saya basah, sepanjang perjalanan menuju kantor pos ini saya menggigil, saya abaikan itu, saya abaikan apakah saya akan sakit, yang terpenting paket ini bisa segera dikirim.
Ternyata wanita cantik itu menanyakan kepada orang yang ada didalam ruangan khusus apakah bisa di bantu packing, ternyata bisa, mereka membantu packing semua paket yang basah itu, tentunya dikenakan biaya yang tidak murah untuk paket sebanyak itu, tapi aku tak peduli, yang terpenting ialah paket itu dipacking dengan baik.
Sekian saja cerita saya membawa paket buku itu kekantor pos agar bisa dikirimkan kealamat tujuan calon pembaca, sebenarnya ada banyak kesulitan yang saya alami, tapi lebih baik itu saja yang bisa saya sharing, dalam cerita ini kalian bisa mengambil sebuah hikmah dan tentunya saya juga.
Jangan pernah memarahi atau menilai seseorang tanpa tahu proses yang ia lewati, terkadang saya emosi ketika paket tak kunjung datang, saya menyalahkan kurir karena saya cek barangnya sudah tiba di kota tempat saya berada namun barang tak kunjung datang, saya emosi tanpa saya tau apa yang dilalui sang kurir ketika mengantarkan paket saya, bagaimana usahanya untuk mengantarkan paket kealamat saya. Dan juga saya sangat heran dengan orang yang mudah saja menolak pemberian seseorang yang sudah tulus memberi, padahal yang menolak itu tidak tau usaha seseroang yang memberi, bagaimana proses ia mendapatkan barang yang akan diberinya dan contoh lainnya.
Kejadian dalam hidup ini memang sebuah pelajaran yang sangat berharga, tulisan ini saya buat di Braga Citywalk Bandung, saya begitu dikejar waktu, karena sudah malam dan harus pulang, kalau tidak bisa kehabisan angkot.
Semoga kisah ini dapat memberikan manfaat, walaupun tulisan saya tidak begitu bagus, semoga bisa dimengerti.
0 komentar
Silahkan berikan komentarmu