Kencan Buta di Maraca Books and Coffee
19:55Maraca Books and Coffee |
Sebetulnya ini bukan kencan buta. Hanya ketemuan biasa dengan
seseorang yang baru dikenal. Mungkin ini biasa bagi beberapa orang. Tapi tidak
untukku. Sebenarnya ini bisa disebut kencan sih. Karena arti kara kencan itu
adalah janji tuk bertemu di sebuah tempat yang telah ditentukan. Maka, tak
salah aku memberi judul dengan kata ‘kencan’. Apalagi menggunakan kata 'Kencan
Buta'. Secara arti, kencan buta adalah bertemu dengan seseroang yang belum
pernah ditemui sebelumnya.
Mari mulai ceritanya.
Dengan gojek aku menuju Maraca Books and Coffee. Ini salah
satu kafe favorite aku tuk menghabiskan waktu berpikir dan menulis. Bagi anak
gaul kota bogor, mungkin kafe ini tak asing lagi di telinga. Kafe dengan konsep
sesuai dengan namanya Books and Coffee, menyediakan buku-buku bacaan di
dalamnya dan menyediakan kopi-kopi terbaik yang akan dipersembahkan kepada
pelanggannya. Aku tak begitu paham dengan kopi. Karena aku anak kosan yang
doyan mengonsumsi kopi instan. Paling di kafe ini aku hanya pesen cafe latte
atau paling tidak ya susu putih, ditambah kentang goreng sebagai cemilan jika
punya uang berlebih. Berlebih di sini artiannya, tak mengganggu jatah makan
bulanan.
Hari ini, minggu 9 oktober 2016. Aku punya janji bertemu
dengan wanita yang baru aku kenal beberapa hari. Aku dan wanita itu bersepakat
bertemu di kafe itu. Aku yang minggu pagi ini masih ada di jakarta. Tepatnya di
apartemen MTH Square karena jum’at dan sabtu ada agenda di jakarta. Apartemen
itu bukan punyaku, dan aku tak perlu menjelaskan detailnya milik siapa dan ada
apa urusan apa aku ke jakarta. Karena bukan itu yang jadi fokus cerita di sini.
Aku bergegas mandi. Sekitar pukul sepuluh menjelang siang,
dengan ubercar aku dan mas miftah, penghuni sementara apartemen yang aku
tempati, meluncur menuju stasiun cawang. Kami punya tujuan sama, ke stasiun
bogor. Singkatnya, sampailah di stasiun bogor. Aku balik menuju kosan. Mandi
lagi dan kemudian berangkat menuju Maraca Books and Coffee, aku berharap tidak
terlambat.
Dan ternyata aku lebih dulu sampai. Memang itulah yang aku
harapkan. Karena sebenarnya yang buat janji ketemuan adalah aku. Jadi, aku
harus datang lebih awal. Memilih tempat terbaik dan menyambut wanita itu dengan
asik. Jujur, suasana hati-ku membingungkan, terasa deg-degan.
Aku sudah menemukan meja yang tepat. Letaknya di sebrang meja
kasir. Aku mengeluarkan laptop yang biasa aku gunakan menulis untuk menghibur
diri menunggu wanita itu. Tak berselang lama, ada pesan line masuk. Ternyata
wanita itu yang mengirimkan pesan pada-ku.
“Ini aku udah di depan”
“Kamu di sebelah mana?”
Tanpa membalas aku melihat ke luar dan menemukan sosoknya di
depan pintu. Aku menyapa-nya dari dalam dan dia berjalan kearahku dengan begitu
anggun. Aku menyambutnya dan kami berjabat tangan. Ini kali pertama aku bertemu
dengan wanita yang baru aku kenal. Baru sekitar lima hari kenal dan itu hanya
di aplikasi chatting, aku sudah ngajak ketemuan. Sungguh sebuah pengalaman yang
mungkin tak akan terlupakan. Karena ini-lah yang pertama. Bukan-kah yang pertama
itu biasa akan jadi kenangan yang tak akan terlupakan?
Aku sudah memesan sebelumnya. Aku memesan kentang goreng dan
segelas susu. Kesehatan-ku tak terlalu baik hari ini. Sisa-sisa sakit yang aku
alami masih ada, masih batuk-batuk. Jadi-nya hari ini aku tak memilih menu
kopi. Karena katanya, kopi akan memperparah batuk. Aku nggak tau ke-shahih-an
sumbernya. Itu hanya diucapkan oleh teman sekantor-ku dan aku mencoba percaya
saja tanpa mencari kebenarannya. Bukankah dia menyampaikan itu demi kebaikan aku?
Ehehe entahlah.
Kentang Goreng dan Segelas Susu |
Wanita itu duduk di kursi yang berhadapan dengan-ku.
Meletakkan tasnya dan aku menyuruhnya memesan. Dia tak langsung bangkit.
Mungkin dia ingin beradaptasi dulu dengan suasana. Kemudian dia bangkit menuju
kasir dan mengorder pesanan. Dia memesan cafe latte. Kalian tau? Sebenarnya aku
ingin membayarkan pesanannya. Tapi bagaimana caranya? Kafe di bogor kebanyakan
menggunakan sistem, order di kasir dan langsung membayar. Kondisinya saat ini
aku sudah memesan dan dia baru ingin memesan.
Sebenarnya aku tau apa yang harus aku lakukan. Aku tinggal
bangkit dari kursi setelah ia mengatakan pada mba kasir pesanannya, kemudian
aku langsung membayarkan apa yang ia pesan. Semudah itu dalam anganku, tapi
susah sekali tuk aku lakukan. Mental-ku belum seberani itu. Belum sejantan itu.
Yah tak apalah. Sebagai latihan untuk diri juga. Mungkin kedepannya aku berani
melakukan itu. Jadinya, dia membayar pesanannya sendiri.
Ia kembali duduk dihadapanku. Dan biasa, aku coba
mengendalikan diriku yang sebenarnya sangat canggung. Aku mulai membuka
obrolannya dengan bertanya. ‘Naik apa ke sini’. Dia menjawabnya dengan nada
yang imut menurutku, ‘Pake grabbike, grabcarnya susah, lama’. Dan kemudian
perbincangan mengalir dengan sendirinya. Cafe latte pesanannya tiba diantarkan
oleh mba-mba di kasir tadi tak mengganggu perbincangan kami.
Ada banyak hal yang kami bahas. Aku yang lebih sering
melontarkan pertanyaan. Tentunya pertanyaan yang sudah aku tanyakan di line tak
aku tanyakan lagi. Singkatnya, dia kuliah di salah satu perguruan tinggi di
kota bandung dan dia memang asli bandung. Ke bogor, ia magang, salah satu tugas
dari kampus. Waktu magang akan berakhir pertengahan november nanti. Dengan
durasi waktu magang sekitar satu semester.
Kami menghabiskan hari bersama. Kami berbincang cukup lama.
Sepanjang pertemuan, banyak hal kami bahas. Novel-novel dan
drama korea kesukaan juga masuk dalam pembahasan kami berdua. Ternyata dia juga
suka menonton dan membaca. Kegiatan yang aku jadikan rutinitas tuk mengisi
hari-hariku. Sebagai hiburan di waktu kosong-ku.
Pembahasan tentang cinta juga tak luput dari pembahasan. Kami
berdua saling berbagi kisah cinta yang pernah kami alami. Dia dengan kisah
cintanya dan aku dengan kisah cintaku. Berbagi, dan saling menambah wawasan
tentang cinta dengan cerita cinta yang kami ceritakan.
Aku merasa cocok berbincang dengannya. Sepertinya dia bisa
mengimbangiku dalam membahas sesuatu. Wanita itu, selain cantik juga memiliki
wawasan yang luas. Banyak novel yang sudah pernah dibacanya dan ia lebih suka
membaca novel yang sedih endingnya. Selain itu juga sudah banyak drama korea
yang ditontonnya, aktor Lee Jong Suk jadi salah satu idolanya. Selain
pembahasan yang sudah aku ceritakan diatas, pembahasan tentang awkarin dan
topik hangat di media sosial-pun tak luput dari pembahasan kami. Bahkan, dia
lebih tau tentang awkarin, rachel venya, okin, sargib, anya geraldine dan
makhluk-makhluk sejenis itu. Luar biasa memang wawasannya. Salut betul aku
dengannya.
Kurang lebih empat jam telah berlalu. Empat jam dengan
perbincangan berbagai topik kami bahas. Dia berkata, bahwa temannya sudah
mengontak, menyuruh wanita yang ada di hadapan-ku kembali ke kosan mereka.
Karena temannya sudah pada ngumpul setelah menghabiskan waktu masing-masing.
Ada yang balik ke bandung, ada yang berlibur ke cibubur dan satu lagi aku lupa
sedang apa.
Ia mengorder grabcar dari meja yang kami tempati. Driver
berhasil didapatkan. Kemudian menghubungi dan menanyakan lokasi keberadaan.
Karena wanita itu tak begitu tau nama daerah ini. Aku-pun mengambil alih
perbincangan telpon itu. Aku arahkan sopir untuk menemukan kafe ini. Dia coba
mengerti. Tapi salah lokasi beberapa kali. Sebenarnya tak susah jika asal
driver dari bogor. Kami baru tau dan sedikit memaklumi kebingungan driver yang
berplat B itu. Berasal dari jakarta. Mungkin baru mengantarkan penumpang ke
bogor.
Menunggu lama dan tak tiba juga, aku kembali meneleponnya.
Ternyata dia mengambil jalan yang salah. Dia berhenti di gedung RRI yang
sebenarnya tak jauh dari kafe itu. Aku menyarankan kepada driver tuk memutar
lagi. Tak tega menyuruh wanita yang sedang bersamaku berjalan kaki. Ternyata
pak sopir juga sudah lelah mencari. Dia menyuruh tuk membatalkan saja
orderannya. Tak apa katanya. Asal yang membatalkan adalah costumer. Aku
menyampaikan pada wanita itu dan dia mau berjalan menghampiri mobil driver
grabcar yang berhenti di depan gedung RRI.
Aku menemani dia berjalan menuju RRI. Ditemani dengan suasana
dingin dan jalanan yang basah sehabis hujan. Kami melihat mobil yang terparkir
di depan gedung RRI dan mencocokkan jenis mobil dengan yang ada di aplikasi.
Sama. Oke itu dia. Sampai di lokasi mobil berhenti dia membuka pintu dan
kemudian pamit denganku. Kami melakukan high-five sebelum berpisah. Ada sedikit
hal yang aku sesali. Harusnya aku menyapa drivernya dan mengucapkan kalimat
‘Pak, titip teman saya ya!’. Tapi apa daya, aku lupa dan baru mengingatnya
setelah wanita itu menutup pintu. Jadinya tak jadi deh mengucapkan kalimat itu.
Dan aku kembali berjalan menuju Maraca Books and Coffee. Melanjutkan kembali rutinitas
yang biasa aku lakukan. Membaca, menonton dan menulis. Menghabiskan malam
dengan mengingat cerita manis. Cerita yang baru pertama kali aku alami. Bertemu
dan berhadapan dengan wanita yang baru aku kenal di sebuah kafe dengan suasana
yang sedap sekali.
0 komentar
Silahkan berikan komentarmu