Ada Sebuah Proses yang Tidak Kita Ketahui (Bagian 1)

Pernahkah kalian memaki seseorang hanya karena dia terlambat? Atau pernahkah kalian menolak begitu saja pemberian seseorang? dan hal-hal ...


Pernahkah kalian memaki seseorang hanya karena dia terlambat? Atau pernahkah kalian menolak begitu saja pemberian seseorang? dan hal-hal lain yang bisa membuat hati seseorang terluka.

Hari ini saya merasa bahwa Tuhan sedang memberikan saya  sebuah pelajaran yang sangat berharga, waktu menunjukkan pukul 02:00pm, saya harus mengantar sebuah buku pesanan pembeli untuk diantarkan ke alamat yang sudah di berikan kepada saya, buku itu tentunya berjudul 'Inikah Balasanmu, Anakku?'. Banyak juga yang memesan buku ini, hari ini saya harus mengantarkan paket buku yang totalnya sekitar 25 paket ketempat jasa pengiriman barang, awalnya saya berniat untuk menggunakan jasa dari JNE, karena menurut saya pelayanan JNE benar-benar memuaskan, baik pengirim maupun penerima, tapi sayangnya hari ini dengan terpaksa saya menggunakan layanan Pos, saya terpaksa, bukan karena Pos Indonesia begitu buruk pelayanannya, tapi hanya saja saya sudah terbiasa menggunakan layanan terbaik dari JNE, jadi sedikit berat untuk menggunakan layanan jasa lain seperti Pos dan Tiki.

Saya terpaksa menggunakan Pos karena sebelumnya banyak insiden terjadi, saya berkunjung ke penerbit yang ada didaerah Jagakarsa, Jakarta Selatan untuk menggambil buku pesanan dari calon pembaca, ongkos kirim yang saya tetapkan kepada calon pembaca itu sebenarnya Tarif Jasa JNE Jakarta, tapi sebuah musibah datang menghampiri saya, kala itu saya berada di F(x) senayan, baru saja selesai menandatangani buku pesanan yang memang edisi bertanda tangan, selesai menanda tangani buku-buku itu, saya melangkahkan kaki keluar dari Mall yang kebanyakan di kunjungi oleh para penggemar Idol Grup peranakan dari Jepang itu. 

Saya keluar dari Mall menuju Jembatan penyebrangan yang terhubung juga dengan koridor Busway Gelora Bung Karno, ada yang berbeda dari sistem pembayaran busway Transjakarta, maklum saja saya jarang jalan-jalan di kota Jakarta, ingat, saya jarang jalan-jalan, bukan jarang kejakartanya, saat saya bekerja di sebuah yayasan, saya begitu sering pulang pergi Jakarta-Bandung karena urusan pekerjaan, tidak terlalu ribet karena menggunakan mobil kantor, jadi belum tau kalau pembayaran Busway TransJakarta itu menggunakan kartu Flazz bagi pengguna BCA. 

Untung saja sudah punya kartu Flazz itu, kartu itu saya sematkan di bagian dompet cokelat yang usianya cukup tua, sudah kusam, kulit luarnya terlihat seperti tanah persawahan yang gersang, retak. Bagi mata yang memandang, dompet saya sangat jadul, karena memang saya tidak terlalu mementingkan barang apa yang akan saya gunakan, jangankan dompet, tas yang saya beli sejak kelas 2 SMA itupun masih saya gunakan saat ini, kemanapun saya pergi saya selalu menenteng tas hitam yang warnanya sudah tak terang lagi, mungkin karena sering terjemur dibawah sinar matahari.

Saya melangkahkan kaki menuju koridor Busway, terlihat ada sebuah besi yang menghalang, besi panjang itu akan bisa dilewati jika saya menempelkan kartu Flazz pada tiang pendek tempat dimana besi penghalang itu tertempel. Karena kartu Flazz saya ada didalam dompet, otomatis mau tak mau saya harus mengeluarkan dompet dari dalam tas ransel usang itu, saya kebiasaan menaruh dompet dalam tas ransel, karena saya merasa tak nyaman jika diletakkan dikantong belakang, karena ada beberapa celana saya yang kedalaman kantongnya begitu rendah, kalah ukuran dengan dompet, jika saja dompet tetap saya masukkan kedalam kantong, maka dompet itu tidak akan bisa masuk seutuhnya, pasti selalu saja ada bagian yang muncul keluar dari kantong kecil itu, karena itu untuk berjaga-jaga dari jatuh atau dicopet, saya memilih tas usang tempat untuk meletakkan dompet tua itu. Saya mengambil dompet dari dalam tas usang itu dan mengambil kartu Flazz, kemudian saya tempelkan kartu itu di tiang pendek berbentuk kotak itu, dompet tua itu masih saya pegang, karena  kartu tersebut akan saya masukkan kembali kedalam dompet. 

Setelah kartu saya masukkan kedalam dompet, saya tidak ingin ribet untuk memasukkan kembali dompet itu kedalam tas ransel yang saya kenakan. Kemudian saya masukkan saja dompet itu kedalam tas jinjing dari kain berisi buku-buku yang sudah saya tanda tangani. Ternyata disitulah musibah terjadi,

Esoknya ketika saya selesai melaksanakan ibadah Shalat subuh, saya segera membuka laptop dan membuka laman youtube untuk melihat video aksi para stand up comedy, hitung hitung sebagai hiburan murah meriah bagi saya yang tak memiliki banyak uang untuk menikmati jajanan di kota jakarta, waktu menunjukkan pukul 12 siang, saya lupa kalau hari ini sudah berjanji untuk mengunjungi sepupu yang ada didaerah rawamangun, dengan kecepatan super saya segera mandi dan bersiap sekeren mungkin, saat saya ingin melihat sisa uang di dompet, saya sangat bingung, karena di tas jinjing itu tak ditemukan dompet cokelat milik saya, saya periksa berulang-ulang, saya bongkar isinya, kemudian saya periksa juga tas ransel usang itu, sampai seluruh ruangan kamar yang kecil itu saya periksa, tidak juga ditemukan dompet yang sudah menemani hari-hari saya ketika diluar.

Panik? tidak, justru saya hanya bingung dan mengingat kembali dimanakah saya meletakkan dompet tua itu, saya tidak panik, karena saya merasa setiap kejadian ada sebuah pelajaran, dan pelajaran itu hanya bisa di dapatkan oleh orang-orang yang memiliki akal saat mereka tertimpa masalah. Kehilangan dompet ini saya tak ambil pusing, untuk apa panik dan emosi, toh itu tidak akan membuat dompet saya yang hilang itu tiba-tiba muncul seperti dalam dunia khayalan manusia. Saya hanya berpikir bahwa ini adalah sebuah teguran dari Allah, seolah-olah Allah ingin mengatakan sesuatu 'Kau! Sudah Aku mudahkan jalanmu untuk menjadi penulis, sudah kubimbing kau agar lingkungan dan pergaulanmu berisi orang-orang yang baik, tapi kau malah meninggalkan kewajibanmu, meninggalkan shalat, dan bahkan kurang bersedekah untuk membantu saudaramu yang sedang kesusahan, Aku putuskan agar dompetmu tak bisa kau temukan lagi, agar kau segera tersadar dari kegiatan yang sedang kau senangi sampai kau melupakan kewajibanmu'

Saya merasa inilah teguran Allah, keinginan menjadi seorang penulis sudah di mudahkan olehNya, tetapi saya malah meninggalkan kewajiban dan kurang bersedekah, walaupun sering memberi pengamen dan pengemis, tapi terkadangsaya memberinya bukan karena Allah, tapi karena tidak ingin mereka berlama-lama disekitarku, kejadian ini membuat saya tersadar, semua sudah di mudahkan, tapi malah kemudahan dalam hidup ini saya lupa bahwa Allah yang telah memberi semua kemudahan itu, betapa angkuhnya diri ini.

Setelah kejadian dompet hilang, saya bingung mau melakukan apa lagi, untung saja saya menyimpan beberapa lembar uang di saku celana, karena itulah saya  masih bisa mengunjungi sepupu yang berada dirawamangun, saya bahkan menyempatkan untuk bersilaturrahim ke rumah saudara yang ada di Kota Serang, Banten, Alhamdulillah disitu saya diberikan sedikit uang untuk ongkos pulang ke Bandung. Ketahuilah bahwa buku yang aku janjikan pada calon pembaca untuk segera dikirim menjadi tertunda karena insiden ini, buku itupun aku bawa ke Bandung, aku tak mempunyai uang lagi selain untuk ongkos.

Setelah sampai kebandung, saya mengistirahatkan badan karena lelahnya perjalanan selama 3 jam dengan menggunakan Bis, lagipula waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Esoknya saya memikirkan dompet yang hilang, disitu ada KTP, Kartu Pelajar, 2 Buah Kartu ATM BCA, Beberapa lembar uang tunai, 2 lembar stiker karikatur Nabilah JKT48 yang di kasih langsung oleh Nabilah sebagai hadiah handshake, ada juga foto masa kecilku ketika aku baru bisa berjalan, semuanya hilang begitu saja, aku tak menyesali kehilangan itu, hanya saja foto dan uang ongkos kirim buku didalam dompet juga ikut lenyap. Segera saja saya mandi dan melangkahkan kaki menuju bank BCA untuk mengurus kehilangan kartu ATM, sebelumnya kartu ATM sudah saya blokir dengan menggunakan layanan HaloBCA. 

Tidak mudah untuk mengurus ATM yang hilang, saya sudah menunjukkan identitas saya untuk membuktikan bahwa itu adalah Rekening milik saya dengan selembar fotocopy KTP dan juga buku rekening yang tertulis sebuah nama yang sama dengan selembar fotocopy KTP itu. Saya memohon agar proses ini di mudahkan, saya ingin menyelamatkan uang ongkos kirim yang ada dalam rekening 'TabunganKu', katanya rekening 'TabunganKu' ini harus di urus ke cabang asal ketika saya buat, kala itu saya buat rekening itu di Bali, masa iya saya harus mengurus kebali, padahal isi rekening tersebut tidak seberapa. Karena tak henti saya menanyakan, merekapun menolong saya, mereka menyuruh saya untuk mengurus surat kehilangan di kantor polisi, sayapun segera bergegas menuju kantor polisi, akhirnya saya bisa mendapatkan surat keterangan kehilangan dompet dan yang ada didalamnya, saya kembali ke Bank, kemudian memberikan surat itu kepada teller yang melayani saya, Alhamdulillah dengan waktu singkat, rekening saya kembali normal beserta kartu ATMnya, isinya pun selamat berkat saya blokir terlebih dahulu dengan layanan HaloBCA.

Sepertinya ceritaku yang ini cukup panjang, proses pengiriman buku kepada calon pembaca membutuhkan waktu yang sangat panjang, selalu tertunda dan ada saja insiden yang terjadi, dalam tulisan ini saya baru menceritakan insiden dompet yang hilang, karena terlalu panjang dengan terpaksa saya akan melanjutkan di postingan berikutnya, ada banyak insiden yang terjadi, bagi orang yang tak memiliki akal, mereka akan mengatakan bahwa ini adalah sebuah kesialan, tapi bagi orang yang memiliki akal, ini adalah sebuah pelajaran, semua itu tergantung anda menilai, pesan saya, semoga kita semua termasuk kedalam golongan orang-orang yang memiliki akal, menjadikan setiap masalah sebuah pelajaran yang sangat berharga, silahkan baca cerita lanjutan di postingan setelah ini.

You Might Also Like

0 komentar

Silahkan berikan komentarmu

Powered by Blogger.