Keberuntungan Memiliki Masa Lalu Kelam (Part 2)
11:07Luka di hati tentunya akan sulit hilang rasa sakitnya daripada luka fisik yang seiring waktu berlalu akan hilang dengan sendirinya. Luka di hati yang aku alami karena prilaku pilih kasih dari orang tua masih membekas hingga kini, meskipun aku mencoba menutupinya, itu adalah hal yang mustahil, apalagi saat itu usiaku masih kecil, mudah sekali untuk di ketahu oleh orang yang lebih tua kondisiku saat itu.
Karena selalu mengalami luka di hati, akupun mencoba menghibur diri sendiri, mulai dari bermain game playstation sehabis pulang sekolah hingga sore saat SD, hingga berdiam diri di warnet sehabis pulang sekolah hingga larut malam saat SMP, itu semua kulakukan bertujuan untuk menghibur diriku sendiri dari luka yang amat menyakitkat.
Aku menjadi anak warnet, warnet seperti sudah menjadi rumah utamaku, karena aku lebih banyak menghabiskan waktu di warnet daripada di rumah dan di sekolah. Kadang aku pulang jam 10 malam juga sampai jam 12 malam, itu hanyalah pelampiasanku dari luka-luka yang amat menyakitkan ini, berdiam diri di warnet bukan berarti uangku banyak, uang kudapatkan dari jasa yang aku tawarkan kepada bocah-bocah pengunjung warnet, aku menawarkan jasa cheat, nah di situ aku tidak mengambil keuntungan yang besar, aku tidak mau menerima uang utuh, yang aku butuhkan ialah dengan menggunakan jasaku mereka cukup menambahkan waktu billing 1 sampai 3 jam saja, tergantung dengan tingkat kesulitan.
Karena seringnya nongkrong di warnet, operator serta pemilik warnet sampai mengenaliku, bahkan aku mendapat tawaran pekerjaan untuk menjaga warnet itu. Bersyukur sekali aku mendapatkan sebuah pekerjaan sebagai operator warnet, bisa menikmati internet dan bermain game online gratis, di tambah dengan gaji yang di berikan padaku, indahnya bagaikan di surga walaupun aku belum merasakan surga, aku bahagia bukan main, saat di tawarkan jantungku berdetak lebih kencang dari sebelumnya, aku seperti mendapatkan seorang kekasih pujaan hatiku.
Tapi semua kebahagiaan itu hanya sementara, saat aku di nyatakan lulus dari bangku Sekolah Menengah Pertama, sepupuku di bali segera menelponku dan mengatakan aku harus bersekolah di pulau itu, wajahku murung merasa kecewa, kebahagiaan yang kudapatkan seolah-olah hancur begitu saja, aku menolak ajakan dia kala itu, tapi malah serba salah, ku menolak dan memberi alasan aku sudah dapat pekerjaan yang amat mengasyikkan dan menyenangkan, tapi sepupuku malah marah, jika tawaran itu aku tolak, dia mengatakan untuk tidak menghubunginya lagi. Aku bingung, dengan terpaksa aku mengatakan iya, karena ia adalah sepupu yang paling aku sayangi, dia lah yang selalu memberikan kebahagiaan berlebih kepadaku.
Akupun melanjutkan Sekolah Menengar Atasku di pulau yang di dambakan wisatawan mancanegara untuk berlibur di pulau itu, sangat senang memang suasanaku saat aku akan pergi ke pulau itu, karena disitulah aku pertama kali merasakan bagaimana rasanya berada di dalam pesawat terbang yang selalu aku impikan setiap kali aku mengantar sepupuku kebandara kala dia pulang kerumah dan ingin balik keperantauan, aku senang bukan main, bahkan aku senyum-senyum sendiri seperti orang gila karena senangnya.
Di bali hidupku menjadi lebih baik, karena sepupuku melengkapi semua yang aku butuhkan, jauh lebih baik daripada aku tinggal di kota medan yang selalu merasakan luka akibat perlakuan yang amat beda, seiring berjalannya waktu aku akhirnya menyadari bahwa tujuan sepupuku mengajakku untuk bersekolah di pulau bali semata-mata untuk menghindariku dari luka yang akan teruss terjadi jika aku tetap disana, aku juga tak tau apa yang akan terjadi kalau saja aku masih berada di kota medan hingga kini.
Di pulau itu aku seperti menenangkan pikiran dan menghilangkan luka di hati, walau tak hilang sepenuhnya, namun karena aku tinggal di sana aku menjadi semakin bijak dalam menjalani dan menanggapi sesuatu. Perlahan aku mulai melupakan perlakuan orang tuaku, aku memikirkan bagaimana caranya untuk membuat kehidupan keluarga kami lebih baik, membuat keluarga besar kembali bersatu, membuat keluarga besar hidup dalam kedamaian tanpa pertengkaran.
Kini aku sedang berjuang menjalani hidup di perantauan seorang diri, aku memutuskan untuk merantau di kota bandung, aku hanya ingin meraih sukses dan menyatukan keluargaku kembali, aku ingin memiliki keluarga seperti orang-orang pada umumnya, aku ingin memiliki keluarga yang bahagia tanpa ada pertengkaran yang terlalu di besar-besarkan.
Betapa bersyukurnya aku memiliki masa lalu yang kelam karena perlakuan orang tua dan pertengkaran dalam keluarga, disitu aku bisa belajar untuk tidak berbuat hal yang sama pada keluargaku, disitu aku belajar menjadi lebih kuat menjalani hidup, disitu aku hati yang rapuh ini menjadi lebih kuat, disitu aku mengambil banyak pelajaran, seburuk apapun orang tua, jangan membencinya, seburuk apapun anggota keluarga, jangan membencinya, lebih baik merubah anggota keluarga menjadi lebih baik agar memiliki keluarga yang damai, itulah harapanku saat ini.
Semoga aku bisa mewujudkannya, dan semoga cerita ini bisa memberikan manfaat kepada para pembaca, mohon maaf sekali jika bahasa atau penulisanku kurang bagus, karena sesungguhnya aku masih perlu banyak belajar, aku ingin serius dalam dunia kepenulisan, semoga bisa.
Mohon doanya...
Bay bay reader...
0 komentar
Silahkan berikan komentarmu