Romantis Jalanan

Rumah Dinas Walikota Bogor Aku kurang tau pasti kapan tepatnya ini terjadi. Yang pasti, tidak jauh beda beberapa hari sebelum tulisan in...

Rumah Dinas Walikota Bogor
Aku kurang tau pasti kapan tepatnya ini terjadi. Yang pasti, tidak jauh beda beberapa hari sebelum tulisan ini aku tulis.

Ketika itu, aku bangkit dari kasur-ku dan menuju kamar mandi umum di kosan-ku. Eh, sepertinya kalau mulai dari sini agak kelamaan. Mari kita persingkat saja.

Singkatnya, aku keluar dari kosan menuju kantor sekitar pukul 6.45am. Jarak tempuh dari kosan menuju kantor sekitar lima kilometer. Jarak yang jauh itu aku tempuh dengan jalan kaki. Iya jalan kaki. Aku ingin melihat kota bogor dari dekat. Tidak, bukan itu alasan sebenarnya. Yang pasti, karena aku belum punya motor, apalagi mobil dan aku sedikit malas naik angkutan umum di kota bogor.

Entah kenapa, tidak nyaman saja. Apalagi kalau sang sopir menyalahkan rokoknya dan menghisapnya dengan santai dan membuang asapnya kemana-mana hingga sampai ke wajah dan masuk terhirup hidung penumpang. Sebal betul kalau sudah begini.

Rute perjalanan-ku melewati kebun raya bogor, area pajajaran. Dan terus lurus menuju daerah warung jambu. Perjalanan yang luar biasa ini sangat melelahkan bila ditempuh dengan berjalan. Awalnya. Tapi, lama kelamaan akan terbiasa dan lelahnya tak terasa.

Setelah menempuh ratusan meter, sampailah aku di depan rumah orang nomor satu di kota bogor. Yaitu Bima Arya, sang walikota bogor. Bukan rumah pribadi, tapi rumah dinas. Dan aku juga kurang tau apakah walikota bogor Bima Arya tinggal di dalam rumah itu atau tidak. Bukankah itu sebuah pilihan bagi pejabat pemerintahan. Tentang rumah dinas yang diberikan pemerintah kota sebagai fasilitas untuk sang walikota.

Di luar lingkungan rumah dinas walikota bogor itu, terlihat beberapa tukang sapu jalanan. Diantara mereka ada yang sedang duduk bersantai di tepi taman pinggir jalan. Mungkin mengistirahatkan badan sebentar dari pekerjaan yang sepertinya berat jika aku yang menjalaninya.

Yang sedang bersantai itu adalah pria dan wanita paruh baya. Si Ibu duduk di lantai trotoar dan si bapak duduk di pembatas tepi taman pinggir jalan itu. Posisinya si ibu membelakangi bapak, duduk di bawah, dan si bapak menghadap punggung si ibu, kebayang lah ya.

Keduanya bersantai sejenak. Si bapak memijit kepala, pundak dan punggung si ibu. Dan si ibu sepertinya sedang bercerita pada si bapak. Entah membahas tentang perpolitikan indonesia seperti yang terjadi di lini masa twitter saat ini, atau mungkin membahas tentang bagaimana plan ke depan bersama keluarga. Aku tak begitu detail memperhatikan.

Aku pun melewati dua insan manusia yang sepertinya selalu merasakan jatuh cinta dalam kehidupannya. Itu yang aku liat ketika itu. Untuk urusan dibelakangnya atau dikemudian harinya, aku tak tau dan aku tak perlu membahasnya. Karena yang terpenting adalah apa yang aku lihat saat itu. Benar-benar romantis sekali si bapak dan si ibu tukang sapu itu.

Aku melanjutkan perjalanan menuju kantor sambil memikirkan betapa indahnya jika cinta tetap awet sampai tua. Tetap menerima bagaimana-pun kondisi yang sedang di alami. Tetap mencintai dan selalu mencintai dengan sepenuh hati.

Semoga kita semua yang memiliki cinta bisa memepertahan-kan cinta kita hingga tua nanti jika umur masih ada. Hingga ajal menjemput. Atau jika yang meyakini islam sebagai agama, tetap menjadikan seseorang yang dicintai menjadi kekasih abadi di surga nanti. Aamiin.

Tidak jelas alur tulisan ini.
Tapi semoga bermanfaat dan menginspirasi.

7:56PM / 19 Oktober 2016
@ The Angkringan Cafe (STALLO), Bogor

sumber gambar: http://kotabogor.go.id/

You Might Also Like

0 komentar

Silahkan berikan komentarmu

Powered by Blogger.