Rindu Tak Sendiri
15:49Rindu |
Sedihnya aku. Berulang kali patah
hati dan saat ini terjadi lagi untuk kesekian kali.
Tulisan sebelumnya, aku
menceritakan tentang Rindu. Ya, Rindu adalah sebuah nama. Nama seorang wanita
yang aku cinta. Sampai saat ini, perasaan itu-pun masih ada dalam hati. Entah
kapan rasa ini kan hilang, aku tak tau. Yang aku tau, saat ini aku lagi
sayang-sayangnya dengan wanita lebih tua namun cantik dan lucu itu.
Awal bekerja, dia mengakui bahwa
dirinya single alias jomblo alias masih sendiri. Aku yang jatuhnya menjadi
senior di kantor pun merasa sedikit bahagia mendengar fakta tentang statusnya.
Seperti yang aku ceritakan di tulisan sebelumnya. Karena tak bisa
mengungkapkannya secara langsung, aku pun membuat skenario cinta. Bagaimana aku
akan mendekatkan diri padanya dan kemudian merencanakan membangun rumah tangga
bersamanya.
Aku bahagia, benar-benar bahagia.
Hingga suatu ketika...
Ketika aku, dia dan teman-teman
kantor berpiknik bersama di kebun raya, Bogor. Bahagia masih terasa. Kami
berpiknik bersama. Memburu foto-foto terbaik dengan DSLR milik kantor untuk
stok upload di akun instagram. Kami menghabiskan akhir pekan bersama, tertawa
bersama. Masih bahagia, masih bahagia.
Hingga, bosan-pun mulai
menghinggapi. Salah satu dari kami meminta pulang. Dan karena cuaca mendung
sepertinya akan datang. Sip, semua setuju mengakhiri piknik. Beberapa ada yang
pulang dan beberapa ada yang merencanakan melanjutkan menghabiskan akhir pekan
di kafe tongkrongan. Kafe sederhana yang biasa aku datangi tuk menghabiskan malam
hari-ku yang sepi. Aku salah satu yang ingin melalnjutkan menghabiskan akhir
pekan dengan nongkrong di kafe. Ada juga Arief, Iim, dan juga Rindu.
Ya, Rindu ingin ikut, dan aku masih
merasa bahagia. Teman-teman selebihnya, Panji dan Icha masih kebingungan
memutuskan akan ikut atau tidak. Panji sepertinya ingin, tapi Icha yang kekeh
minta pulang. Sekedar informasi saja, panji dan icha bukan pasangan yah.
Kami keluar kebun raya bogor masih
dengan hati yang gembira. Kami menuju tempat motor di parkirkan. Letaknya di
luar wilayah kebun raya. Tepatnya di tempat parkir rumah sakit PMI, rumah sakit
terkenal di Kota Bogor. Tak perlu aku jelaskan alasan mengapa memarkirkan motor
di situ. Aku tidak tau. Karena aku langsung datang ke kebun raya dengan
berjalan kaki. Karena jarak antara kebun raya dan kosan-ku tak terlalu jauh
jaraknya.
Di tengah jalan menuju parkiran,
Rindu berkata, “Mas aku boleh ikut ga?”
Degg
Aku mencoba tak berpikiran
aneh-aneh. Dalam pikiran-ku saat itu ialah, ia ditanyai oleh masnya atau
kakaknya. Dan Rindu memutuskan tuk mengajaknya bergabung. Eh tapi, Rindu ini
berdarah Bali. Setau aku, orang balik tak menyebut ‘mas’ tuk sebutan kakak. Dan
yang aku tau juga, kakak Rindu itu bukan lelaki.
Singkatnya, kami sampai di tempat
parkiran. Mengambil motor dan keluar dari area parkir.
Di luar, aku melihat Rindu
berbincang dengan lelaki dengan jaket hitam dan perlengkapan berkendara yang
lengkap. Disitu, sepertinya aku sudah bisa membaca. Lelaki itu, adalah
kekasih-nya. Lelaki itu, adalah kekasih Rindu.
Tapi, lagi-lagi aku belum
mengkonfrimasinya. Itu hanya sebatas prasangka. Dan harapan aku saat itu,
semoga itu hanya sebatas prasangka saja. Tidak benar-benar nyata. Bila benar,
pasti hati kan terluka.
Kami berangkat, menuju kafe yang
kan dituju. Aku bersama teman-ku Arief. Panji bersama Icha, iim berkendara
sendirian saja, dan Rindu menaiki motor lelaki itu. Kami berangkat.
Di tengah perjalanan. Semua kacau.
Karena panji dan icha ternyata tak ingin ikutan, dan iim juga. Kami berpisah
jalur, dan Rindu ternyata mengikuti rutenya panji, icha dan iim yang ingin
pulang. Rencana nongkrong bersama-pun batal. Tapi, aku dan Arief melanjutkan ke
tempat tujuan. Dan, menghabiskan akhir pekan di kafe sederhana itu.
Begitulah awalnya bagaimana aku tau
ternyata hati Rindu telah dimiliki lelaki lain. Dan ke depannya, aku coba
mengonfrimasi kebenarannya. Tidak secara langsung. Dan ternyata benar.
Padahal, skenario yang telah aku
buat sudah mulai berjalan. Mengajak dia bisnis bersama. Berkolaborasi dengan
keahlian yang kami punya. Dia menjadi fashion designernya dan aku bagian
pemasarannya dan menciptakan strategi branding yang baik di social media.
Ketika tau fakta itu, perih bukan main. Tapi, sebodo amat dengan fakta yang
membuat aku terluka. Aku mencoba tuk abaikan saja rasa cinta dan untuk skenario
berbisnis bersama itu tetap dilanjutkan bersama.
Sebenarnya, aku bingung. Apakah ini
terjadi karena aku telat mengungkapkan perasaan, ataukah memang sedari awal dia
telah memiliki pasangan. Tapi, aku sudah bertanya tentang ini. Dia-pun baru
mengenal lelaki itu. Lelaki yang ia sebut dengan sebutan ‘mas’. Ah, mungkin luka
ini terjadi karena kesalahanku yang begitu bodoh, begitu lambat mengungkapkan
perasaan cinta padanya
Dan aku mulai bingung dengan alur
cerita ini. Bingung memilih kata tuk cerita ini. Karena ada beberapa bagian yang
terlupa dan perlu aku ingat kembali. Seharusnya, aku menuliskan saja tentangnya
sejak awal pertama mengenal dia. Agar semua terekam jelas di setiap
tulisan-tulisan-ku. Dan aku bisa mengenangnya dengan senyuman terukir di
wajah-ku.
Mendengar fakta baru bahwa ia tak
sendiri, bahwa ia memiliki kekasih, benar-benar melukai hati. Padahal,
sebelumnya hati-ku sudah terluka. Dan aku mulai berani meladeni kembali rasa
cinta yang setelah ku yakini benar-benar cinta bukan rasa kagum sementara
karena kecantikan paras wanita. Tapi, ternyata, aku kecewa lagi. Kenapa? aku
tau jawabnya. Tapi akan aku tuliskan di postingan selanjutnya, tak di postingan
ini.
Sekian deh, aku mulai gelisah
karena menjelang jam pulang kantor, aku belum menyelesaikan tugas kantor.
Sungguh, Rindu ternyata tidak
sendiri. Rindu memiliki seorang kekasih. Ahhh, hati terasa perih.
3.33 WIB / 3 Oktober 2016.
@ Keke Busana Office, Bogor.
@ Keke Busana Office, Bogor.
0 komentar
Silahkan berikan komentarmu