Tentang Rindu
23:20Rindu |
Rindu adalah sebuah nama. Nama
seorang wanita yang aku cinta. Wanita yang berhasil mengalihkan pandangan-ku
dari wanita yang aku cintai di masa lalu. Cinta masa lalu yang tak terbalaskan
dan menyisakan luka yang tak kunjung sembuh. Aku harap, kehadiran Rindu adalah obat
tuk luka-luka hati-ku.
Jika kalian bertanya apa yang aku
suka dari Rindu, aku pun bingung harus menjawab apa.
Rindu, orang-nya lucu. Sifat kekanakan
dan aura keibuan berbaur menjadi satu. Wanita yang sangat istri-able. Karena,
selain bisa membuat suami (entah siapa) bahagia dengan sikapnya, ia juga bisa
menjadi ibu yang sangat baik tuk anak-anaknya kelak. Aku jamin itu. Karena aku,
sempat membayangkan hidup bersama dengannya membangun keluarga kecil sederhana
menjadi keluarga yang luar biasa nantinya.
Kenapa aku suka Rindu? Aku juga
tidak tau.
Yang pasti, aku nyaman berada di
dekatnya. Aku nyaman bercerita dengannya. Dan aku selalu merasakan rasa nyaman
yang berbeda dari wanita-wanita lainnya. Kan, cinta itu soal kenyamanan.
Rindu, usianya memang lebih tua dari-ku.
Dia lebih dulu lahir dari-ku. Setelah enam tahun berlalu, lahir-lah aku. Tapi
sekali lagi, usia hanyalah sebuah angka. Bukan alasan tuk tak boleh menjalin
hubungan cinta. Menautkan hati satu sama lain. Bukan, perbedaan usia bukan
halangan tuk menjalin sebuah hubungan. Apabila ada yang berkata ‘tak boleh’,
maka dia tak mengerti bagaimana cinta itu bekerja pada hati manusia.
Tapi sayang, aku tak bisa
melanjutkan atau harapan-ku tuk hidup membangun keluarga kecil bersamanya
sepertinya sirna. Mengapa? Ah, mungkin akan aku ceritakan di postingan
selanjutnya. Tidak pada postingan ini.
Rindu, sebuah nama yang aku cintai
saat ini. Cinta yang sudah aku pikirkan dengan sangat matang. Bukan sekedar
rasa kagum kepada wanita yang terlirik oleh mata.
Aku sempat bertanya juga ketika
pertama melihatnya, di tempat kerja. Waktu itu dia sedang interview di
tempat-ku bekerja. Aku melihatnya. Wanita yang cantik dan unik. Saat itu,
kurasa itu hanya kekaguman-ku semata pada makhluk ciptaan Sang Penguasa.
Setelah masuk bekerja. Berbaur menjadi satu. Saling mengenal. Ada keanehan
dalam hati-ku. Fokus-ku atau rasa suka-ku pada wanita lain di masa lalu,
teralihkan seketika karena satu wanita itu, yang bernama Rindu.
Aku coba yakinkan. Perasaan aneh
apa ini. Apakah ini cinta? Atau hanya rasa kagum semata seperti wanita-wanita
lainnya yang hanya menjadi penyegar kedua bola mata pria? Setelah lama aku coba
pelajari perasaan ini. Ternyata itu adalah rasa cinta. Tak kusangka, tak
kukira, rasa cinta itu tumbuh dengan cepat dalam hati-ku. Aku bingung bagaimana
menyikapinya.
Tak berani aku mengungkapkan rasa
cinta yang telah tercipta. Yang aku lakukan hanyalah, menciptakan sebuah
skenario cinta-ku bersamanya. Membuat sebuah perancangan bagaimana kami kan
hidup kedepannya, Seperti, ingin membangun bisnis bersama dengan latar belakang
kami yang berbeda. Dia ahli dalam menciptakan busana, dan aku bisa
memasarkannya dengan jaringan yang aku punya. Kami besarkan bisnis itu, membuka
lapangan kerja bagi siapa saja.
Membuat pencapaian-pencapaian
setiap tahunnya. Apa saja yang perlu dicapai setiap tahunnya. Tahun pertama
mungkin kendaraan pribadi yang bisa melindungi anak dan istri dari hujan dan
terik matahari. Tahun kedua mungkin rumah pribadi tempat kami berbagi kasih,
menceritakan kisah, menceritakan masalah dan sekaligus mencari solusi. Tahun
ketiga mungkin mewujudkan cita-cita kedua orang tua, melaksanakan ibadah
ditanah suci. Atau, ini bisa dipindahkan menjadi capaian tahun pertama. Bebas,
bagaimana hati kami kedepannya.
Banyak skenario lainnya. Yang akan
aku mainkan bersamanya. Ada yang aku ungkapkan tuk bersama diperankan. Ada pula
skenario rahasia yang hanya aku yang tau. Skenario sebuah adegan yang kan
membuat dia merasa bahagia. Adegan ini akan aku upayakan selalu. Aku bahagia
bersamanya, dan aku kan membuat dia selalu bahagia bersamaku.
Diantara skenario yang kubuat. Akan
kujelaskan padanya. Bagaimana kita mengantisipasi cinta yang nantinya bisa saja
kadaluarsa. Akan aku jelaskan bagaimana cara kita merawat cinta yang telah kita
bangun bersama. Tentu itu dengan pembicaraan-pembicaraan yang disepakati
bersama. Contoh, ketika ada masalah, jangan sampai amarah sesaat lantas membuat
kita mengucapkan kata pisah. Kita sepakati, redakan amarah terlebih dahulu dan
kemudian saling bicara dengan baik. Itu satu contoh saja.
Intinya, dalam membangun cerita rumah
tangga. Kita terus berpikir, kita terus belajar. Kita kan selalu menemukan
alasan-alasan baru tuk tetap saling mencintai.
Karena bagiku, cinta ibarat sebuah
bangunan. Kita bangun cinta itu bersama. Setelah membangun, kita akan merawat
bangunan itu agar tahan lama dengan sebuah renovasi-renovasi kecil di bagian
yang rusak. Dan misalnya, bila masa bangunan sudah habis (perlu dihancurkan),
maka kita rubuhkan bangunan cinta itu dan kembali membangun cinta. Bukan dengan
orang yang berbeda, Tetap dengan orang yang sama, hanya saja, alasan tuk saling
mencintainya yang berbeda. Misalnya jika dulu karena cantiknya wajah, baiknya
sikap dan lembutnya tutur kata. Kini alasannya karena, ‘terima kasih untuk selama
ini, kisah cinta yang membahagiakan, kau tlah berikan aku keturunan, kau tlah
berikan aku sebuah cerita cinta yang tak terlupakan. Terima kasih atas cinta
tulus-mu selama ini. Jangan pernah bosan, jangan pernah bosan.’
Tak nyambung memang. Biarlah.
Tapi begitulah. Karena, berumah
tangga bagiku (meski aku belum merasakannya) bukan sekedar menunaikan sunnah
agama. Bukan sekedar ‘biar kayak orang-orang, punya pasangan dan punya anak’.
Tapi, berumah tangga itu adalah, tempat belajar lebih banyak lagi tentang arti
kehidupan, arti kebahagiaan.
Ah, pikiran-ku buntu. Sudah malem
banget aku menuliskan tulisan ini.
Mungkin akan lanjut lagi di tulisan
selaanjutnya. Kepala-ku sudah mulai pusing. Mungkin karena sudah menenggak 2
cangkir kopi yang aku pesan. Sudahlah, aku mau kembali ke kosan. Ingin
mengistirahatkan badan, hati dan pikiran.
Intinya, Rindu, masih menjadi
wanita terindah dalam hati-ku saat ini.
0 komentar
Silahkan berikan komentarmu