EP1; Menghibur Kepribadian yang Menyedihkan
21:08Gambar dari kamera handphone Dayat |
'Malam minggu? malam apaan itu?' Ujar Dayat dalam hati.
Sebetulnya Dayat bukan membenci malam minggu, melainkan dia membenci suasana malam minggunya. Dimana jalanan begitu ramai hingga macet tercipta dan suara klakson berbunyi saling bersahutan tiada henti seolah-olah mereka sedang menyadarkan satu sama lain untuk segera jalan walaupun sedikit ruang.
'Nyebelin ya, malam minggu ini?' Dayat berbicara dengan kepribadiannya yang lain.
Dayat memang memiliki dua kepribadian.
Kepribadian pertama dia adalah anak yang ceria dan senang bercanda tiada henti. Ia menggunakan kepribadian ini ketika dia sedang bekerja atau sedang berkumpul dengan teman-teman, itupun jika diajak. Dalam kepribadian ini Dayat lebih sering bercanda dan berusaha menciptakan tawa kepada orang-orang yang dikenalnya.
Kemudian kepribadian keduanya ialah, pendiam, suka menyendiri ditengah keramaian dan raut wajah yang semrawut. Dalam kepribadian yang ini terkadang pemikirannya bijak dan terkadang hatinya dilanda kesedihan. Berbeda jauh dengan kepribadian pertama yang selalu ceria, riang dan selalu menjadi tim penggembira diantara rekan-rekannya.
Bagaimana Dayat menjalani hari-harinya?
Tentu bagi orang yang melihat dia tidak akan merasa sedih. Karena kesedihannya itu tertutupi dengan keceriaannya. Dayat adalah manusia bermuka dua. Dia sangat pandai menyembunyikan kepribadiannya dengan sangat ahli. Tidak ada yang tau kalau dia punya kisah sedih. Bahkan jikalaupun ia ceritakan, mungkin tidak akan ada yang percaya. Karena tampang sedihnya tak pernah terlihat oleh orang lain.
Kenapa malah membicarakan kerpibadian ya? oh iya. Informasi diatas berhubungan juga dengan cerita malam minggu Dayat kali ini.
Sore hari, Dayat berangkat dari tempat yang sedang ditinggalinya menuju tempat kerjanya untuk berganti pakaian. Dayat memang tinggal dikantor, tetapi hanya sementara saja. Dayat berganti baju untuk pergi survey kamar kost. Sebelumnya sudah buat janji dengan penjaga kost yang letaknya tidak terlalu jauh dengan kantornya. Ia berangkat untuk melihat calon kamar yang akan ditinggalinya. Tempat privasi-nya, tempat dimana dia bisa menghabiskan waktu untuk menyendiri dengan kesepian yang maksimal.
Ia melihat-lihat calon kamar yang akan ditinggali. Ia berkeliling lingkungan kosan untuk memastikan kosan ini damai untuk kepribadian dia yang menyedihkan itu. Dia berkali-kali masuk kamar kosong yang baru saja jadi dibangun. Masih sangat baru sekali. Dia memandangi sekeliling kamar. Ia membuka lemari-lemari. Menyapu lembut meja dan dinding kamar yang masih baru. Setelah lama berpikir. Ia pun merasa cocok. Ia pun memberikan uang muka untuk mengunci kamar agar tidak ditempati oleh orang lain sampai awal bulan ia akan menempati kamar itu.
Damailah kepribadianku yang menyedihkan. Kamar ini aku berikan untuk menghibur dan memanjakan hatimu yang amat sangat rapuh dengan cerita hidupmu. Damailah...
Setelah deal untuk menyewa sebuah kamar. Dayat merasa bingung, mau kemana lagi setelah ini? kepribadian Dayat yang ceria memaksanya untuk balik dan menghemat uang. Tetapi kerpibadian Dayat yang satunya lagi malah berusaha mengajaknya untuk menghabiskan waktu di tempat ramai. Entah itu di caffe atau dipusat perbelanjaan. Kedua kepribadian itu saling bertarung mengendalikan jiwa dan pikiran Dayat. Terus berusaha dapat mengendalikannya. Dan akhirnya kepribadian Dayat yang ceria pun mencoba mengalah dan dengan terpaksa untuk kesekian kalinya mengikuti keinginan kepribadian yang menyedihkan itu. Bukan mengalah tanpa alasan, ia hanya ingin kepribadian yang menyedihkan itu terhibur untuk malam ini.
Pergilah Dayat ke Botani Square, dan ternyata dia salah belok untuk memarkirkan kendaraan roda duanya itu. Dalam benaknya sempat terbesit keinginan untuk melawan arah. Tetapi ia segera menyadari bahwa itu salah. Dan memutuskan untuk memutar balik saja. Dalam perjalanan putar balik itu, tiba-tiba saja kepribadian yang menyedihkan itu mengusulkan untuk melanjutkan perjalanan ke Ekalokasari Plaza yang sekarang telah berubah nama menjadi Lippo Plaza Bogor.
Kini, Dayat sedang duduk berdiam disebuah caffe yang hampir seimbang dengan starbucks. Dia memilih caffe itu bukan karena anti-starbucks. Melainkan di starbucks meja yang ada colokan sudah tidak tersedia lagi, alias sudah ada yang mendudukinya. Ingin sekali Dayat menyingkirkan orang itu dari kursinya, ia ingin menurunkan orang itu segera. Karena menurutnya orang itu tidak becus dalam menjalankan tugasnya dikursi itu. Eh, ini udah salah cerita sih.
Ya, kembali lagi kedalam cerita. Kini Dayat duduk termenung melihat orang-orang disekitar lalu-lalang. Dia hanya ditemani oleh Laptop, Handphone dan Vanilla Latte+Chocolate Devil Cake sebagai penghibur dirinya yang senang sendiri.
Dayat, damailah...
Semoga kepribadianmu yang menyedihkan itu terhibur dan segera melupakan kesedihannya.
Tapi apakah yakin ia akan melupakan kesedihannya?
Luka itu sungguh dalam, aku kurang yakin ia akan melupakannya.
Luka itu sungguh dalam, aku kurang yakin ia akan melupakannya.
0 komentar
Silahkan berikan komentarmu