Karena File Film Miracle in Cell no 7
16:07Tidak ada yang tau detail kejadian ini. Teman-temanku mungkin hanya tau bahwa aku mencintai gadis itu. Gadis yang cantik. Rupawan. Lelaki mana yang tak terpesona melihat detail bentuk dari gadis itu. Tapi aku yakin, aku mencintai gadis itu serius. Sangat serius. Secuil kisah masa lalu akan kuceritakan dalam tulisan ini. Sulit untuk melupakan kisah itu. Aku berpikir hendak melupakannya. Tapi itu bukan cara baik. Akan lebih baik jika aku bersahabat dengan kisah masa lalu itu. Biarkan kisah itu tetap melekat dalam ingatan.
Annisa. Itulah nama gadis
yang aku suka. Ada kisah saat merayakan hari kelulusan. Waktu itu kami
merayakan hari bahagia itu di tepi pantai pandawa yang indah. Ini bukan cerita
yang akan kutuliskan. Hanya menuliskan cerita saat gadis itu mengkoreksi penulisan
namanya yang tertera pada koleksi foto layar handphoneku. Dalam koleksi itu tak
lain fotonya. Entah bagaimana bisa tiba-tiba saja pada foto itu ada namanya.
Seperti tag facebook. Aku juga tak
mengerti. Itu muncul begitu saja. Dia mengkoreksi kalau namanya itu Anisa-huruf N nya hanya satu. Teman lain
menanyakan kenapa foto itu bisa ada namanya. Oh iya, aku ga tau, itu otomatis. Aku menjawab sangat canggung.
Benar-benar gugup dengan kejadian ini. Berhasil membuatku salah tingkah.
Sebenarnya aku sudah
tertarik padanya sejak memasuki tahun kedua Sekolah Menengah Atas. Saat itu
sepertinya aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Entahlah. Aku juga tak bisa mengartikan perasaan apa yang kumiliki
saat itu. Sepulang sekolah aku tak langsung pulang. Karena jarak kos dan
sekolah sangat dekat. Aku juga tak tau apa yang akan kulakukan di kos. Biasanya
aku menetap disekolah dengan beberapa kakak kelas yang aku kenal dari ekstrakulikuler theater sekolah. Ada
Donny dan Nando. Mereka berdua kakak kelas yang dekat denganku. Hari itu. Hari
dimana pertama kali aku bertemu dengan gadis rupawan setelah setahun lebih.
Padahal aku dan gadis itu bersekolah disekolahan yang sama. Aku termenung
pertama kali melihatnya. Terlihat saat itu Nando sedang menggoda gadis itu.
Serius atau tidaknya aku kurang tau. Aku rasa itu hanya bercanda, karena Nando
memang sangat sulit untuk serius. Aku yang biasanya banyak mengoceh. Saat itu
terdiam, hanya jika Donny bertanya aku menjawab. Mereka tertawa aku merespon
dan mengikuti tertawa.
Gadis itu terlihat seperti
keturunan arab. Terlihat cantik. Saat itu gadis yang langsung menempati
peringkat teratas dihatiku terlihat pendiam. Hanya jika ada yang bertanya dia
menjawab. Jarak antara gadis itu dan Nando yang asik menggodanya tak terlalu
berjauhan. Aku dan Donny sedikit berjarak dnegan Nando. Benar-benar gila
perasaanku saat itu. Tak biasanya aku menjadi orang yang tak banyak
bicara-untuk siang hari itu. Beberapa menit kemudian. Aku dan Donny memutuskan
untuk kembali. Dia mengajakku pulang. Aku nebeng dengannya sampai kos yang
berjarak tak jauh. Benar tak jauh. Hanya butuh waktu tiga menit jika aku
berjalan santai. Saat sampai gerbang samping sekolah. Donny mengatakan kalau
dia suka dengan gadis itu. Aku pun yang juga suka dengan gadis itu hanya
mengangguk setuju dengannya saat mengatakan gadis itu benar-benar cantik.
Donny kelihatan serius saat
dia mengatakan kepadaku bahwa dia menyukai gadis itu. Saat itulah aku terpaksa
untuk menyimpan dan mencoba menghilangkan perasaan yang perlahan pasti akan
tumbuh dihatiku. Aku ingin segera membuangnya sebelum membesar yang nantinya
akan membuat hatiku sakit. Aku mundur sebelum berperang. Aku menyadari
sainganku sangat berat. Aku sadar diriku ini tak cocok untuk berdampingan
dengannya. Lebih cocok jika Donny yang berada disampingnya. Aku mengundurkan
diri. Minder dengan kondisiku. Aku harus
menghilangkan perasaan ini, semoga bisa..
Hari demi hari tetap
berjalan. Meskipun ada sebagian orang yang tak menginginkan hari berganti dan
berharap kalau waktu segera terhenti, itu tak mungkin. Hari akan tetap berjalan
sesuai dengan skenario Tuhan. Aku dan gadis itu ternyata menjadi panitia buka
bersama. Tak hanya gadis itu. Donny juga turut menjadi panitia. Dia senior. Aku
dan gadis itu sebagai panitia biasa. Sedangkan Donny sudah pasti mendapatkan
posisi yang penting. Karena acara buka bersama itu aku jadi lebih sering
bertemu dengannya. Tidak hanya dengannya saja. Tentu dengan panitia bukber yang sebagian ada wajah yang
kukenali.
Tak perlu kujelaskan setelah
hari-hariku menjadi panitia bukber. Tentu
perasaanku semakin tumbuh. Donny juga begitu. Bahkan dia terang-terangan
mengatakan kalau dia menyukai gadis itu kepada yang lain-tanpa ragu dan malu.
Dari setiap kata-katanya, jelas sekali dia benar menyukai gadis itu. Aku? Apa
boleh buat, hanya tersenyum dan bersikap sewajar mungkin. Skip saja cerita
bagian ini. Aku ingin menceritakan kisah cinta terpendam tahun ketiga akhir di
sekolah. Disini kenangan indah dan menyakitkan terjadi. Betapa menggelikannya
mengingat kisah itu. Aku amat mengingatnya. Belum terlalu lama terjadi. Dan
tentu aku tidak bisa melupakan kisah itu.
Saat itu sehari sebelum
perayaan nyepi datang. Aku seperti biasa. Menikmati hari dengan bersantai di
dalam kamar kos. Sudah terbiasa sendiri. Sudah terlalu lama sendiri. Asik
memainkan handphone. Mengecek twitter, facebook, instagram dan path. Bosan,
benar-benar bosan. Aku segera menyalakan laptop. Membuka file koleksi film.
Melihat satu persatu judul yang ada dalam koleksiku yang kebanyakan drama
korea. Pilihanku jatuh pada sebuah film yang sangat sedih, siapa yang menonton
film ini pasti akan menetes air dari kedua bola mata-untuk orang yang memiliki
hati dan perasaan. Miracle in Cell No.7, itulah
yang tertulis pada judul file. Kemudian menyaksikannya dengan seksama. Tidak
lupa juga membuka path. Mengupdate film yang sedang aku tonton. Pada social media
itu aku mengetik di kolom film, Miracle
in Cell no.7 kemudian mempostingnya. Lanjut kembali menonton film. Setelah
nonton. Seperti biasa. Udpate status di path tentang filmnya.
Tak beberapa lama aku
melihat ada notif dari path. Seseorang yang tak kuduga sama sekali memberikan
komentar pada postinganku di path. Dialah gadis yang aku suka, Anisa. Bagi “filmnya yat” tulis anisa pada
postingan pathku. “kapan mau nis? Balasku.
Tentu ekpresiku sangat-sangat-sangat-sangat senang. “Pas sekolah aja yat” Balasnya lagi. “Oke, ntar aku bawain ya pas sekolah” balasku lagi. Tentu dengan
suasana hati amat senang. “Oke yat” dia
balas lagi. Aku bingung mau balas apa lagi. Kemudian berkomentar emoticon smile
khas dari path.
Aku senang bukan main.
Bagaiman tidak. Memberikan file film tentu akan bertemu dengannya secara
langsung. Itu membuatku bahagia. Tapi aku bingung. Aku tak punya flashdisk
untuk menyimpan file film yang akan diberikan pada Anisa. Kebingunganku segera
terpecahkan. Aku segera berangkat keluar kos. Membeli sebuah flashdisk.
Kemudian file film aku copy ke
flashdisk yang baru aku beli tak jauh dari kos. Perasaan selalu senang menanti
hari yang ditunggu. Hari dimana aku akan memberikan file film itu. Tertawa.
Gembira. Bagaikan orang gila.
Esoknya tiba. Aku memberikan
flashdisk yang berisi file film kepada Anisa disebuah kantin sekolah. Jelas
dikantin. Aku dan Anisa tidak satu kelas. Oya, temanku bernama Mugi sempat
protes. Karena dia selalu ingin meminta koleksi film. Tapi karena tak ada
flashdisk, selalu saja tertunda. Saat dia tau aku punya flashdisk. Dia sedikit
ngambek. Apalagi saat aku jelaskan kalau ini karena Anisa memintanya. Dia makin
ngambek. Untuk gadis itu aku usahakan, tapi untuk teman. Tidak. Hahaha
benar-benar salah sikapku.
Anisa mengembalikan
flashdisk itu tepat sehari setelah aku memberikan flashdisk. Beberapa hari
kemudian dia sempat mengirim pesan padaku. Dia mengatakan kalau film itu tak
ada subtitlenya. Aku penasaran, kenapa film itu tak ada subtitlenya. Padahal sudah
aku masukkan file film beserta subtitle. Tak lama aku mengusulkan untuk
mengantarkan ulang file film dan subtitle. Aku mengusulkan untuk mengantar
langsung kerumahnya. Dia setuju. Aku meminta alamat rumahnya. Sejujurnya aku
belum terlalu hapal dengan jalanan kota denpasar. Hanya jalan-jalan terkenal
yang aku ketahui. Beruntung ada GPS di handphoneku. Aku nyalakan GPS itu,
kemudian menuliskan alamat rumah Anisa. GPS membimbingku menuju rumah Anisa.
Hujan lebat turun saat aku mulai perjalanan. Tak peduli. Aku harus mengantarkan
file film ini sebelum malam tiba. Aku memutar pedal gas motor matic putih milik
kakakku. Melaju dengan kencang. Earphone melekat
pada telingaku. Tujuannya untuk mendengarkan perangkat GPS menunjukkan arah
jalan. Tak semudah yang aku bayangkan. Semakin ribet menggunakan GPS ini.
Sudah cukup lama aku
berkendara. Hujan lebat aku abaikan. Aku harus tiba secepat mungkin. Bajuku
sangat basah. Tak peduli dinginnya cuaca hari itu. Aku yang hanya mengenakan
kaos tentu merasakan dingin menusuk kulit. Merasuki organ tubuh. Membuat tulang
ngilu. Semua aku abaikan demi sampai kerumah Anisa. Tak berapa lama aku semakin
dekat. Tapi bingung manakah gang rumah
Anisa. Sekitar sepuluh menit berputar di lingkungan dekat rumahnya. Aku
akhirnya menemukan gangnya. Dilanda
kebingungan lagi. Manakah rumahnya. Hujan sudah berhenti. Bajuku tetap basah
total. Aku tak kehabisan akal. Aku menanyakan rumahnya kepada warga sekitar.
Seorang lelaki tua dengan badan yang kurus menunjukkan rumahnya. Segera memutar
pedal menuju rumah yang telah ditunjukkan lelaki tua itu. Berdiam sebentar
didepan rumahnya. Gugup.
Aku mengiriminya pesan kalau
aku sudah berada didepan rumahnya. Tak ada balasan. Aku telepon ke nomor
ponselnya. Tak ada jawaban. Kebingungan. Pulang atau tidak. Kalau pulang
usahaku sia-sia. Sudah hujan-hujanan. Berkendara dengan kecepatan tak wajar.
Hampir celaka. Tak lelah aku menguhubunginya. Kemudian ponselnya mati. Aku tak
bisa menghubunginya lagi. Entah kenapa saat itu Tuhan seperti memberi
kelancaran. Kalau tak salah adiknya melihatku. Kemudian memanggil kakaknya.
Keluarlah gadis pujaanku dari rumah bertingkat dua dengan dinding dilapisi cat
berwarna orange. Bahagia? Tentu. Senang?
Tentu. Gembira? Tentu. Dia memberikan senyuman indah padaku. Senyuman
pertemanan. Biasa ia beri kepada semua orang. Tapi. Bagiku itu senyuman yang
sangat indah. Tentu. Setiap manusia yang sedang jatuh cinta akan menganggap hal
kecil itu sangat berharga. Aku memberikan flashdisk itu pada Anisa. Gugup. Dia
menawarkan padaku untuk mampir kerumahnya. Aku menolak. Sangat gugup. Kemudian
izin pergi meninggalkan Anisa dan kediamannya. Sepanjang perjalanan aku sangat
senang. Senyuman tak lepas dari wajahku. Aku yakin jika tak ada kaca penutup
helm. Pasti orang mengira aku adalah orang gila. Benar-benar indah. Tak sia-sia
perjuanganku menerobos hujan. Tak sia-sia perjuanganku melaju dengan kecepatan
tinggi. Tak sia-sia perjuanganku kesasar karena GPS yang menujukkan arah lebih
jauh, sebenarnya tak begitu jauh. Tak sia-sia perjuanganku hampir celaka
dijalan. Semua terbayar saat bertemu gadis itu dirumahnya dan memberikan file
film beserta subtitlenya. Aduhaii…..
Itulah sepotong kisahku saat
mencintai gadis bernama Anisa. Masih banyak kisah lainnya. Ada juga kisah
dimana aku punya kesempatan untuk menyatakan cinta. Dimana semua teman telah
mendukungku. Tapi aku tetap tak bisa menyatakannya. Ada juga saat dimana waktu
yang tepat menyatakannya. Aku sudah membeli mawar merah sebagai ungkapan cinta.
Tapi gagal memberikannya. Sampai teman-temanku benar emosi dengan sikapku.
Memberanikan diri menyatakan cinta langsung dirumah gadis itu. Nanti lain waktu
mungkin akan aku ceritakan. Lain waktu. Saat aku sudah bisa berdamai dengan
masa lalu. Saat ini aku masih belum berdamai. Beberapa persen lagi mungkin akan
bisa berdamai dengan masa lalu. Kemudian dengan mudahlah aku menceritakan kisah-kisah
indah itu.
Terima kasih wahai gadis
pujaanku. Walaupun engkau tak pernah memandang diriku. Ataupun kau tak menyukai
tingkahku yang menyukaimu. Kau telah memberikan kenangan indah dalam hidup
seseorang. Dalam hidupku. Kisah ini akan kukenang. Dan ingat juga kisah ini.
Dimana ada seseorang yang sangat tulus cinta padamu. Tulus memberikan hatinya
padamu. Meskipun seseorang ini tak pantas berada disampingmu. Bagaikan budak
dan ratu. Sangat mustahil untuk bersatu.
Aku tak akan melupakanmu.
Semoga kamu juga tak melupakan aku.
0 komentar
Silahkan berikan komentarmu