Maraknya Kawin Cerai Karena Pacaran

Negara Indonesia salah satu negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia. Tetapi entah mengapa pacaran lebih dikenal oleh penduduknya d...

Negara Indonesia salah satu negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia. Tetapi entah mengapa pacaran lebih dikenal oleh penduduknya daripada ta’aruf yang sudah di ajarkan oleh Rasulullah. Sekarang saya tidak ingin membahas soal ta’aruf dulu, saya disini akan menjelaskan dampak buruk yang ditimbulkan dari pacaran yang lebih populer dikalangan anak muda indonesia.

Di Indonesia khususnya di kalangan artis kita melihat banyak sekali peristiwa kawin cerai, seolah-olah kawin cerai ini sudah menjadi suatu yang biasa. Pernikahan tidak menjadi sakral lagi dipikiran mereka, seolah-olah hidup hanya ada didunia ini. Jika banyak yang menolak ‘Itu Cuma dikalangan artis saja kok’ taukah anda, artis adalah cerminan dari masyarakatnya.

Sebenarnya apa sih yang membuat faktor kawin cerai begitu banyak terjadi saat ini ? kalau menurut anda apa ? yang membuat kawin cerai terjadi itu disebabkan oleh pacaran. Loh, kok pacaran yang di salahkan ? dari mana dasarnya tuh ?

Walaupun saya belum pernah pacaran, tapi saya mengetahui betul sistem kerja pacaran itu gimana. Bagi mereka, pacaran ialah proses mencari cinta sejati, mereka mencari pasangan yang sempurna, jika sudah terasa bosan dengan suatu hubungan yang mereka jalani, mereka akan putus dan mencari yang baru, yang lebih baik dari sebelumnya, kemudian sudah pacaran dalam waktu yang lama, ada rasa bosan lagi, dan putus lagi, cari yang baru lagi, begitu-begitu saja sebenarnya.

Nah, kebiasaan itulah yang menjadikan kita disaat telah menikah dan menjalani suatu hubungan suami-istri, datanglah rasa bosan dalam hubungan, tanpa berpikir panjang, dan karena sudah kebiasaan ketika pacaran, maka berpisahlah dengan cara bercerai.

Kalau kita lihat orang-orang dulu, atau generasi orang tua kita, sedikit sekali peristiwa kawin cerai terjadi, karena dulu pacaran tidak terlalu populer dikalangan mereka, walaupun ta’aruf juga tidak terlalu populer di generasi orang tua kita, tapi tetap, sistemnya pengenalan sebentar, setelah itu langsung menikah. Mereka tidak membawa kebiasaan ketika masuk dalam fase bosan dalam hubungan langsung bercerai, karena di masa mereka pernikahan adalah suatu hal yang sakral dan perceraian adalah suatu yang sangat tidak disukai oleh Allah.

Balik lagi, semua ini disebabkan karena kebiasaan ketika pacaran. Dan juga kadar keimanan yang rendah, saya mengatakan seperti ini bukan berarti saya adalah orang yang tinggi imannya atau paling beriman. Saya juga masih banyak kurangnya, tapi kalau untuk pacaran dan sakralnya sebuah pernikahan saya sangat mengerti dan insyaallah tidak akan pacaran dan insyaallah akan menikah sekali seumur hidup.

Mungkin sekian saja yang biasa saya sampaikan, jujur saja, saya lupa kalau malam ini adalah malam minggu, semoga banyak jomblo yang membaca tulisan ini dan tetap mempertahankan status jomblonya. Baca juga tulisan saya yang berjudul ‘Awas, Pacaran itu berbahaya’ di blog ini.

Salam.

Jika ingin berbincang dengan saya, silahkan follow twitter @dayatpiliang atau facebook http://fb.com/fpdayatpiliang

You Might Also Like

1 komentar

  1. Menurut saya ga bisa digeneralisir kalau pacaran adalah satu penyebabnya, banyak faktor yang lain, penulis bilang kalo 'tidak pernah pacaran', tapi kalo saya sudah, jadi agak sedikit memiliki pengalaman dan pemahaman yang berbeda, :)
    saya berpendapat kalau pacaran adalah salah satu proses mengenal, sebenarnya tergantung niat nya juga, ada/kebanyakan memang niatnya untuk bersenang senang saja..
    coba penulis melihat video mario teguh ini, ada seorang perempuan yang mengaku ia tidak begitu mengenal pasanganya padahal sudah menikah, mungkin juga ini karena proses ta'aruf yang salah, dimana tidak ada diskusi lebih jauh tentang karakter tiap orang yang akan menikah :
    https://www.youtube.com/watch?v=FIzsalxhA7k

    satu lagi, jika penulis mengambil contoh artis, itu menurut saya juga tidak begitu relevan, tidak bisa disamakan antara kehidupan artis dan kehidupan masyarakat biasa, saya bisa bilang begitu karena saya juga berkecimpung di dunia seperti itu, kalau mau valid mungkin penulis bisa membuat data sendiri, melalui survey yang dilakukan oleh anda, dengan target survey yang jelas, yang kemudian anda bisa utarakan di tulisan ini sebagai 'evidence'/ bukti yang menguatkan..
    Terimakasih

    ReplyDelete

Silahkan berikan komentarmu

Powered by Blogger.