Menanti Bus dan Menanti Jodoh

Beberapa hari lalu, aku ada janjian untuk bertemu dengan salah satu sepupuku di Masjid Alumni IPB disebelah Botani Square. Awalnya aku i...


Beberapa hari lalu, aku ada janjian untuk bertemu dengan salah satu sepupuku di Masjid Alumni IPB disebelah Botani Square. Awalnya aku ingin mengunjungi rumahnya, tapi mendadak dia mengatakan ketemuan di Botani saja, mungkin maksudnya ingin memudahkan aku karena tempat itu sangat dekat dengan kosanku. 

Aku yang sedang dalam perjalanan kerumahnya bersama seorang teman yang juga searah, mendadak turun di shelter Transpakuan SBJ. Akupun duduk di shelter yang terlihat usang padahal baru direnovasi oleh pemerintah. Memang, kita ini hanya bisa membuat, tapi tak mampu merawat. Tak ingin mengurus hal itu, karena ceritaku tak ada kaitannya tentang shelter ini.

Di shelter, aku menanti bis Transpakuan yang akan mengantarkan aku ketempat tujuanku, tempat dimana aku janji bertemu dengan salah seorang sepupuku.

Aku menunggu dan menunggu.

Karena tak terdesak waktu, maka akupun sabar menunggu, tak ada gerutu dalam hati karena lamanya bis yang kutunggu menepi menghampiriku.

Beberapa bis berhenti di shelter, tapi itu bukanlah bis yang akan mengantarkanku ketujuanku.

Menanti bis, menurutku sama dengan menanti jodoh.

Lihat saja. Aku menunggu satu bis yang bisa mengantarkanku sampai ketujuan. Tapi begitu banyak bis menghampiri, ada yang bagus dan ada yang jelek, tapi apakah aku akan melakukan perjalanan bersama bis-bis yang tak mengantarkan aku ketujuan? tidaklah.

Sama seperti mencari jodoh.

Ada beberapa wanita yang tentu hadir dalam hidupku. Beberapa ada yang aku suka, atau hanya sekedar kekagumanku semata. Tapi belum tentu aku ingin membina bahtera rumah tangga bersama mereka. Karena aku masih belum berani mendekati karena kurangnya keyakinan apakah dia akan menjadi pendamping hidupku.

Banyak wanita yang hadir, tapi hanya satu wanita yang benar-benar pas untuk menjadi pendamping. 

Seperti beberapa bis yang kunanti. Bis yang menghampiri banyak sekali, tapi yang bisa mengantarkanku ketempat tujuanku hanya satu.

Tidak peduli dia bagus atau tidak. Karena yang terpenting adalah kenyamanan. 

Perkara wanita, aku tak memperdulikan dia tua atau muda, asal aku nyaman bersamanya. Maka aku akan senang membina bahtera rumah tangga bersamanya.

Bis yang kunanti adalah bis Transpakuan yang benar-benar terlihat tua dan sudah usang dimakan usia. Entah sudah berapa tahun digunakan.

Begitu banyak bis bagus yang datang menepi, tapi kenapa tak kunaiki? ya karena bis bagus itu tak mampu mengantarkan aku ketempat tujuanku. Pastilah sebagusnya bis itu tak akan membuatku nyaman, karena dia tak akan mengantarkanku pada tujuan.

Jodoh seperti itu, carilah yang membuat nyaman. Tak perduli tua atau muda dan diksi lainnya yang bersangkutan. Karena yang terpenting ialah kenyamanan. Pilihlah yang membuatmu nyaman, maka kau akan bahagia hidup bersamanya. 

Untuk urusan lainnya, bisa menyusul ketika dibicarakan bersama-sama saling terbuka, bagaimana menjaga hubungan akan tetap terus baik kedepannya.

Sekianlah catatan manusia bodoh, maaf sekali bahasaku berbelit-belit. Semoga kalian mengerti inti yang aku ceritakan dalam tulisan kali ini.

Lebih dan kurangnya aku mohon maaf, karena ini hanyalah catatan manusia bodoh yang perlu banyak belajar lebih banyak lagi.

You Might Also Like

0 komentar

Powered by Blogger.