Sebaik-baiknya Komplain
11:34Hanya ilustrasi saja |
Saat itu saya berada disalah satu Hotel mewah di Kota Bandar Lampung. Saya menginap di Hotel mewah itu, karena ada sebuah acara yang harus di hadiri CEO saya. Acara itu diadakan di Ballroom hotel mewah itu. Acara selesai tepat waktu makan siang tiba. Perut saya juga sudah terasa lapar. Saya dan CEO bergegas menuju restaurant yang berada di lantai utama hotel, tidak jauh dari receptionis.
Setelah berada di dalam restaurant, kami memesan makanan. Saya memesan nasi goreng, secangkir kopi dingin, dan secangkir jus mangga. Kemudian CEO saya memesan burger dan dua gelas minuman. Sebelumnya ia memesan iga, tetapi sayangnya stok tidak tersedia. Setelah beberapa menit waktu berlalu dari waktu kami memesan makanan, datanglah salah satu panitia acara yang diutus dari kantor pusat untuk menghadiri acara ini juga. Beliau duduk bergabung bersama kami. Ia memesan makanan, kebetulan beliau juga yang akan membayar makanan kami siang ini. Bukan beliau juga, sebetulnya kantornya yang akan membayar biaya kami selama ada di Bandar Lampung.
Salah satu panitia acara itu pun memesan makanan, soup disertai dengan nasi, dimsum dan beberapa makanan ringan, bentuknya seperti pastel tapi tidak keras. Beberapa menit setelah panitia acara itu memesan makanannya, datanglah makanan itu dalam mejanya. Saya dan CEO berusaha berbaik sangka kepada pihak hotel. Mungkin pesanan kami sulit dibuat, atau mereka membuatnya dengan sangat detail untuk dihidangkan kepada kami.
Lama waktu berlalu, sepertinya lebih dari 30 menit. CEO saya pun merasa kesal karena pesanan tak kunjung datang. Kita semua pasti tau, tujuan memesan makanan itu karena perut dalam kondisi lapar. Tidak seharusnya pihak resto berlama-lama mengantarkan makanan kehadapan kami. Karena kekesalan itu, kemudian CEO saya berdiri dari kursinya dan segera berjalan menuju dapur mereka. CEO saya menegur mereka dengan sebuah pertanyaan, 'apakah sudah dimasak atau belum?' kemudian dilanjutkan dengan pernyataan 'Kalau belum dimasak, saya cancel nih'. Begitulah kira-kira dialog yang terjadi antara CEO saya dan petugas dapur resto hotel mewah itu. Ada beberapa nasihat yang disampaikan, tapi saya tidak terlalu mendengarnya.
Tak beberapa lama dimarahi oleh CEO saya, datanglah makanan yang kami pesan diatas meja kami. Saya yang sedari tadi lapar sudah rada kenyang memakan makanan ringan yang ditawari panitia acara itu. Pesanan nasi goreng saya tidak berbentuk, dan lidah saya tidak merasakan kelezatannya. Sebenarnya nasi goreng yang mereka persembahkan enak, tetapi lidah saya menolak karena lamanya waktu menunggu. Burger yang dipesan CEO saya pun dagingnya dalam kondisi dingin. Tidak memuaskanlah. Tetapi CEO saya berujar dalam meja makan sambil memaklumi mereka, 'Hotel ini masih baru, mungkin KPI nya belum berjalan dengan baik, kita maklumi'
Dalam waktu istirahat siang dalam kamar, saya bertanya kepada CEO, 'Bagaimana bapak bisa berani memarahi mereka?' Ini saya tanyakan karena saya ingin sekali menegur mereka-mereka yang melakukan kesalahan. Tetapi karena karakter orang Indonesia kebanyakan ga enakan mereka pun tidak mengajukan komplain. Tetapi mereka ngedumel dalam hati tanpa memperbaiki apapun.
CEO saya berkata, 'Semua karena cinta, saya hanya ingin mereka lebih baik dalam melakukan pelayanan. Jangan sampai kita marah-marah tanpa ada alasan yang jelas, jangan kita memarahi orang dengan hawa nafsu agar mereka takluk, tetapi jadikan untuk membuat diri mereka menjadi lebih baik adalah sebaik-baiknya alasan' Kurang lebih begitulah beliau berujar.
Sekarang saya mulai paham. Kita memarahi orang lain itu bukan untuk membuat mereka jadi takluk pada kita. Melainkan harus ada alasan yang baik. Dimana kita bertujuan untuk membuat kerja mereka jadi lebih baik. Mungkin bahasa memarahi agak sedikit kurang sedap, baiknya kita gunakan bahasa menegur. CEO saya juga menegur mereka, dengan kata-kata yang tegas, tidak memarahi.
Saya rasa jika ini kita lakukan dengan baik, maka semua pekerjaan lambat laun akan menjadi lebih baik. Memang tidak cepat, tetapi ada harapan untuk seluruh kinerja dalam bidang apapun akan menjadi lebih baik jika kita menegur dan memberi masukan. Daripada hanya sekedar ngedumel dalam hati, dan terkadang juga ngedumelnya di share kepada teman-teman. Hal itu tidak membawa perbaikan pada pelayanan, yang ada usaha yang menyediakan layanan itu menjadi buruk dan tidak bertambah baik. Andaikan kita tegur dan beri masukan yang baik, kemungkinan besar mereka akan menjadi lebih baik.
0 komentar
Silahkan berikan komentarmu