Kita Semua Penista Agama
23:01![]() |
Biar Ngga Tengang, Ngopi Dulu. |
Maap tulisannya jelek, berantakan tidak beraturan. Moga dapat dimengerti dan tidak salah paham dalam menanggapi arti dibalik tulisan ini. Karena hanya Aku dan Rabb-ku yang benar-benar mengerti tafsir dibalik tulisan ini.
Aku bingung harus seperti apa
reaksiku tentang kasus yang sedang dihadapi bapak Basuki Tjahaja Purnama atau
yang biasa kita kenal dengan sebutan Ahok.
Sepertinya aku tak perlu menjelaskan
panjang lebar kasus apa yang sedang dihadapi pak Ahok belakangan ini, karena
kita semua sudah pasti tau bagaimana kasusnya. Beliau di duga menistakan salah
satu ayat yang ada dalam kitab suci milik agama minoritas di negeri ini. Eits, bicara minoritas dan mayoritas kayaknya
sensitif yah.
Di twitter, facebook, dan sosial
media lainnya. Semua fokus pada kasus yang menimpa Gubernur DKI Jakarta yang
menurutku memang omongannya kurang terkendali. Entah memang begitu personal brandingnya (galak, ceplas
ceplos) atau pak Ahok memang suka kebablasan dalam menjaga tutur katanya, di
mana sebagai pejabat publik, tutur kata pak Ahok harusnya bisa lebih santun.
Meskipun orang-orang yang dilawannya berlaku tidak santun.
Bahkan, gara-gara omongan asal. Yah aku menyebutnya asal karena pak Ahok
sendiripun mengatakan tak ada maksud apa-apa tentang perkataannya di pulau
seribu. Siapa saja yang tak punya maksud apa-apa dalam perkataannya, tentu asal
bunyi namanya. Sampai seluruh umat yang terluka karena merasa agamanya
dinistakan oleh Gubernur DKI Jakarta turun ke jalan dan menggelar aksi damai
yang memang berjalan damai. Setidaknya sebelum perusuh berdarah panas mencedeai
aksi damai dengan menyerang sekelompok polisi yang sudah lelah sepertinya
mengawal aksi.
Aku mencoba tidak berpihak. Meski
dalam hati aku tentu berpihak pada para ulama. Tapi aku coba menilai kasus ini
dalam sudut pandang yang netral. Aku akan mulai dengan sebuah kalimat “Kita
Semua Adalah Penista Agama”
Hah? Kita penista agama? Yang bener
aja!
Iya, menurut aku pribadi, kita
semua yang punya agama atau bahkan yang tak punya agama sekalipun sama-sama
penista agama. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Nista memiliki arti hina,
rendah. Dan menistakan berarti menghina, merendahkan. Dan kita semua pasti
pernah merendahkan agama lain baik secara langsung maupun tidak langsung.
Ketika kita beriman pada satu agama
dan menganggap agama yang kita anut adalah agama yang paling benar menurut
kita. Itu artinya secara tak langsung kita menistakan / merendahkan agama
lainnya dengan menganggap agama lain itu tidak benar. Hanya agama yang kita
anut yang benar. Bukankah keimanan memang begitu? Kita beriman pada satu hal
yang menurut kita paling benar dan yang lain jelas tidak benar.
Daripada tulisan aku muter-muter
kayak perbincangan netizen dengan kasus pak Ahok, mari kita persingkat aja.
Kita semua penista agama. Dan tak ada kesalahan menurutku tentang itu karena
kita tak mungkin tidak merendahkan agama lain. Yang salah itu ketika kita mengatakan
atau merendahkan agama lain itu secara terang-terangan seperti ucapan pak Ahok
di pulau seribu.
Kita semua adalah penista agama
sejak dari dalam pikiran dan dalam hati. Tapi menjadi berbahaya bila kita
mengatakannya dengan terbuka atau secara terang-terangan.
Jika kalian bertanya kepadaku, menurut kamu ucapan pak Ahok
itu menistakan agama atau bukan? Aku akan menjawab iya, menistakan agama.
Karena bapak Ahok berbicara diluar kapasitas dia. Tidak seharusnya beliau
mengatakan hal-hal yang seperti itu. Meski aku tau betapa kesalnya pak Ahok
karena surah Al Maidah ayat 51 itu selalu digunakan sebagai dalil dan
disyiarkan pada umat islam untuk tidak memilih dirinya.
Di luar kekesalan pak Ahok tentang surah Al Maidah ayat 51
itu karena sering dipakai untuk menyerang dirinya agar tak terpilih. Tetap
tidak boleh pak Ahok membahas atau membawa-bawa tentang surah Al Maidah itu. Karena
jelas pak Ahok tidak meng-imani kitab suci umat islam. Ketika beliau berbicara
tentang surah itu, maka jatuhnya menistakan agama. Karena dia tak mengimani
ayat itu. Dalam pikirannya jelas itu menipu. Meski pak Ahok berkata tak ada
maksud seperti itu.
Bukankah kita juga begitu? Ayat-ayat dari kitab suci dari
agama lain akan kita anggap itu adalah tipuan? Setidaknya itu hanya dalam
pikiran. Tidak diungkapkan. Karena kita meyakini satu agama, satu kitab dan
utusan dari Tuhan.
Jujur dalam hati, aku sudah memaafkan apa yang dikatakan
bapak Ahok. Karena aku mengerti betapa kesalnya beliau. Karena sebuah potongan
ayat, karir dia dipemerintahan jadi terhambat. Aku mengerti. Jika aku ada di
posisi pak Ahok, jelas aku juga kesal. Setidaknya bila di posisi pak Ahok, aku
akan berusaha sekuat tenaga untuk tidak membahas persoalan ayat-ayat agama
lain. Apalagi di depan rakyat umum dan berpakaian dinas.
Satu lagi yang bikin aku heran. Kenapa Buni Yani ini jadi
sorotan seolah jadi orang yang bersalah yah? Maksudnya semua keributan ini
terjadi karena beliau. Dan perdebatan tentang kata ‘pakai’ atau ‘tanpa pakai’pun
dari Buni Yani ini. Lah, kan hilangnya kata pakai itu hanya hilang di transkrip
Buni Yani. Sedangkan aku dan mungkin kebanyakan netizen lain melihat bukan dari
postingan Buni Yani, tapi dari Youtube.
Ya meskipun semua bermula dari Buni Yani. Tapi tak perlulah berdebat tentang
penghilangan kata ‘Pakai’, karena itu hanya hilang di transkrip, bukan dalam
video. Andaikan kata pakai itu hilang dalam video karena diedit oleh Buni Yani.
Mungkin barulah itu kesalahan fatal.
Untuk aksi damai kemarin dan tentang bernafsu untuk
menyegerakan proses hukum Ahok ini, aku tak akan membantah jika ada kepentingan
lain. Ya, itu sulit dielakkan. Beberapa kubu pasti punya kepentingan
masing-masing, salah satunya kepentingan politik. Tapi, untuk para ulama yang
ikut aksi, aku yakin, niat mereka tulus dari dalam hati untuk membela agama.
Di akhir tulisan ini, aku hanya ingin berterima kasih pada
bapak Ahok. Gara-gara beliau aku jadi tau betapa banyak umat muslim yang peduli
dengan kitab sucinya. Meski yang ikut aksi damai tidak sempurna akhlaknya, tapi
setidaknya mereka ada kepedulian pada kitab sucinya.
Dan terima kasih juga kepada pak Ahok. Netizen jadi senang
belajar bahasa. Sampai-sampai saling berdebat tentang kosa kata.
Mungkin, ada banyak lagi hal positif yang kita dapatkan dari
kasus bapak Ahok ini.
Aku pribadi sudah memaafkan bapak Ahok. Jujur (entah kalian
percaya atau tidak), dalam hati tak ada kebencian lagi kepada pak Ahok. Dan
sebetulnya sebelumnya tak ada kebencian. Hanya kaget saja bisa-bisanya pak Ahok
membahas hal yang tak seharusnya ia bahas.
Walaupun aku telah memaafkan dan umat telah memaafkan. Tetap
proses hukum harus berjalan. Agar kejadian ini tak terjadi lagi dikemudian
hari. Entahlah yah. Mencoba netralpun tak bisa. Pasti tulisan ini jelas
berpihak pada satu kubu. Yaitu kubu yang setuju bahwa pak Ahok menistakan
agama.
Bingung mau nulis apa lagi. Sudahlah aku akhiri.
6 komentar
Artikel yg menarik. Tapi mungkin ga semua orang bisa nerima maksud yg ingin penulis sampaikan.
ReplyDeleteGa bermaksud apa2.?, perlu di ketahui teko mengeluarkan isinya.Banyak yg bisa terjadi gara2 lidah,bahkan nyawa bisa hilang,alangkah egoisnya bila pengertian hanya di tujukan hanya kepada pendengar,baik pendengar dan pembicara keduanya harus berhati2, karena ketika kata2 ini sudah keluar bila hati sudah terluka,hanya maafnya yg bisa menghapus dosa.
ReplyDeleteMas helmi ini komentar yang mananya ya? tulisan aku atau ucapan pak Ahok?
DeleteDua2 mas, :),di tulisan mas ada kata2 ga'bermaksud apa2.?. Maaf ya sebelumnya, alasan 1. karena dari kata2 pak A itu jelas penggiringan opini, dobohongi di bodohi berarti tidak ada pilihan, yg ngikut tafsir Almaidah ga sesuai sama pak A itu berarti bodoh. 2. Itu bukan acara debat,opini yang di keluarkan tidak bisa di sanggah apalagi lawan bicaranya pendidikan rendah, bayangkan bila tidak ada orang yg menasehati 3. Beliau beragama bukan islam tapi memasehati orang Islam menggunakan kitap Orang Islam tapi dengan yakinya menggunakan tafsir pribadi (saya ja ga berani bicara agama sama yg berbeda agama,apalagi mensehati mereka), 4. Apa yg diucapkan mencerminkan kesehariannya,pola pikir yg terbentuk yg dia anggap benar itulah yg akan di keluarkan melalui kata2. Itu sih mas, btw selain itu tulisannya oke ko.! Siip
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeletetidak perlu berterimakasih sama ahok pada masalah ini....
ReplyDeleteSilahkan berikan komentarmu